GPIB jemaat "IMMANUEL" di Probolinggo

62 335 421357 // 431237 , Rayon-B , Regio-II , BP Mupel Jatim ................................................................................................................. Tema (2006 - 2011) : Mempersiapkan Masa Depan Bangsa yang Damai dengan Sikap Tulus dan Jujur (Mazmur 37 : 37) ..................... Sub-tema (2006 - 2007) : Membangun Masa Depan dengan Semangat Perdamaian dan Pemulihan dalam Yesus Kristus (Roma 15 : 7)

Monday, February 28, 2005

e-SGK , 2 Maret 2005

MINGGU PRA PASKAH III
Hari Rabu, 2 Maret 2005

TUJUAN DERITA ADALAH PERTOBATAN
Ratapan 3 : 34 – 44

CATATAN AWAL :

Kitab Ratapan atau yang disebut Nubuat Yeremia, adalah salah satu kitab yang termasuk dalam LIMA MEGILOT (lima kitab gulungan : Rut, Kidung Agung, Pengkhotbah, Ratapan dan Ester). Kitab ini dibaca pada hari peringatan runtuhnya kota Yerusalem dan hancurnya Bait Allah, tahun 587 SM. Dan makna teologis yang terkandung bahwa peristiwa jatuhnya Yerusalem dan runtuhnya Bait Allah diterima umat Yahudi sebagai hukuman TUHAN (YWHW) atas dosa mereka.
Kitab yang berisikan nyanyian ratapan ini, ditulis pada masa-masa pembuangan di Babylonia oleh orang-orang Yahudi yang tidak ikut terbuang ke Babylon. Dan dalam tradisi, kitab ini diterima sebagai kitabnya Yeremia.
Menarik untuk ditelaah pemahaman yang berkembang dalam pemikiran peratap dalam pasal 3 : 33 – 34 tentang penderitaan yang dialami bangsanya, yang sudah barang tentu peratappun ikut dalam penderitaan itu secara individu. Apalagi, kemalangan itu datang dari luar diri kita. Tentu saja ada sejumlah perenungan pribadi yang kita lakukan apabila hal itu menimpa kita.

TELAAH PERIKOP

Dalam nas, kita menjumpai peratap melihat penderitaan dialaminya dan bangsanya, yang datang dari luar dirinya, yakni dipijak-pijak selaku tawanan, hak selaku manusia diperkosa dalam peradilan, atau diberlakukan tidak adil (ay. 34-36). Peratap yakin bahwa semua itu berlangsung di hadapan Yang Mahatinggi, sehingga tak mungkin TUHAN tidak melihat semua kejadian-kejadian itu. Olehnya dia nasehati agar mereka bersabar menghadapi semua itu (ay. 26).
Sungguh pun penderitaan itu datang dari pihak lain, namun peratap memiliki keyakinan yang memandang bahwa semua kesukaran itu berada dalam kekuasaan TUHAN selaku Yang Mahatinggi, yang menciptakan dan menjadikan : Tatkala Ia berfirman, semuanya jadi. Ia yang memerintahkan semuanya itu, karena dari mulut-Nya keluar apa yang buruk dan apa yang baik. (ay. 37-38). Jadi tidak dapat kita katakan bahwa penderitaan yang kita alami tidak proporsional. Peratap yakin bahwa TUHAN akan memakai semuanya itu untuk mendatangkan kebaikan bagi anak-anak-Nya.
Peratap mengajak sesama Umat untuk kembali kepada TUHAN dalam pertobatan yang sungguh dan hidup berdamai dengan TUHAN. Biarlah mereka memeriksa diri masing-masing dalam terang hukum-hukum TUHAN yang mereka langgar, dan biarlah mengangkat hati dan tangan kepada Allah di sorga (ay. 41), sebagai kesungguhan hati mereka memohon pengampunan dosa. Sebab apa artinya hidup ini apabila tidak diampuni oleh Allah dan tetap berada pada penghukuman Allah ? Ay. 43-44

PERTANYAAN PENELAAHAN :
1. Kita harus jujur mengatakan bahwa terkadang kita mengalami pemberlakuan tidak adil oleh sesama kita. Dan hal seperti ini membuat kita melakukan protes besar kepada sesama, bahkan terkadang kepada TUHAN. Sehingga bagi kita penderitaan yang demikian tidak pada tempatnya. Bagaimana pendekatan seperti ini kita telaah berdasarkan firman TUHAN ini ?
2. Langkah iman apakah yang harus kita lakukan ?
3. Setujukah saudara dengan makna teologis dalam Kidung Jemaat 408 : ”Suka duka dipakai-Nya untuk kebaikanku ?

( SABDA GUNA KRIDA GPIB, Edisi 56 Januari-Pebruari 2005 )

Sunday, February 27, 2005

Minggu Pra Paskah III , 27 Pebruari 2005

Minggu Pra Paskah III , 27 Pebruari 2005
Jadwal Ibadah sepekan
Minggu, 27 Pebruari 2005 : Ratapan 3 : 1 - 14
PF : Pnt. Rully Hengky Talumewo
Senin, 28 Pebruari 2005 : Ratapan 3 : 15 - 24
Hari libur kantor GPIB ‘Immanuel’ Probolinggo
Selasa, 01 Maret 2005 : Ratapan 3 : 25 - 33
Pk. 17.00 : Ibadah BPK PW di Ny Soeparman , d/a Jl Ikan Lumba-lumba 12 Probolinggo ( Lt : Dkn. Ny. M Laura T Tahapary-Silaen ; PF : Pnt. Ny. Hilda T Buttu-Sumampow )
Rabu, 02 Maret 2005 : Ratapan 3 : 34 - 44
Pk. 19.00 : Ibadah sektor gabungan di Gedung GPIB ‘Immanuel’ Probolinggo , d/a Jl. Suroyo 32 Probolinggo ( Lt : Dkn. Ny. Olmina Simanjuntak-Sinaga ; PF : Pdt Yan P K Tacazily, S Th )
Kamis, 03 Maret 2005 : Ratapan 5 : 1 - 7
Pk. 17.00 : Persiapan Pelayan PA di Kantor GPIB ‘Immanuel’ Probolinggo , d/a Jl. Suroyo 32 Probolinggo ( dpo : Pdt Yan P K Tacazily, S Th )
Pk. 18.00 : Persiapan Presbiter di Kantor GPIB ‘Immanuel’ Probolinggo , d/a Jl. Suroyo 32 Probolinggo ( dpo : Pdt Yan P K Tacazily, S Th )
Jumat, 04 Maret 2005 : Ratapan 5 : 8 - 22
Pk. 19.00 : Ibadah BPK PKB di Bp. Marthen Sodak , d/a Jl S Parman 28c Probolinggo ( Lt : Bp. Gunawan Wibisono ; PF : Pnt. John H C Rondonuwu )
Sabtu, 05 Maret 2005 : Yeremia 15 : 10 - 18
Pk. 04.30 : Persekutuan Doa Subuh di Gedung GPIB , d/a Jl. Suroyo 32 Probolinggo ( PF : Dkn. Ny. M Laura T Tahapary-Silaen )
Minggu, 06 Maret 2005
Pk. 08.00 :
PPA TK di Gedung PA : Sdri. Rebecca Suitela / Ny. Ristauly M Iskandar
PPA KK di Gedung PA : Ny. Puji A Widodo
PPA KT di Gedung PA : Ny. Lusi Sugiarti
PPT Eka & Dwi di Gedung PT : Sdr Kristalenta

Berdasarkan warta jemaat yg diedarkan pada Ibadah Minggu 27 Pebruari 2005

Sunday, February 20, 2005

e-SGD , 27 Pebruari 2005

MINGGU PRA PASKAH III
Hari Minggu, 27 Pebruari 2005

HAMBA YANG MENANGGUNG HUKUMAN
Ratapan 3 : 1 – 14

Saudara-saudara seiman,

Peratap menuliskan pengalamannya agar dapat disimak dan ditelaah pembaca. “Akulah orang yang melihat sengsara disebabkan cambuk murka-Nya”(ay. 1). Peratap bukan hanya menyaksikan (melihat) kesengsaraan, tetapi ia berada di dalam penderitaan bangsanya (psl 2:1 dst). Hal itu bukan disebabkan karena Allah menghendaki Israel dihukum, melainkan penghukuman itu disebabkan dosa umat-Nya. Allah menutup jalan hidup Israel, disebabkan ketegaran hatinya dan kedurhakaan sikapnya (3 : 42-43) . Ia memangsa Israel bagaikan beruang galak.

Dengan sangat menyentuh Peratap menyatakan perasan-nya :
Ia membidikkan panah-Nya menjadikan aku sasaran anak panah, Ia menyusupkan ke dalam hatiku segala anak panah dari tabung-Nya (3 : 12-13)

Peratap menghayati derita umat sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari hidup pribadinya. Ia ada di dalam persekutuan dengan umat. Ia bertugas menyampaikan penghukuman Allah kepada Israel. Namun dia juga adalah bahagian dari persekutuan yang menanggung hukuman itu. Sebagai warga Israel, peratap merasakan kepahitan itu.

Israel dikucilkan Allah (ay. 31) dan menjadi bahan tertawaan (ay. 14). Peratap memanggil Israel untuk melihat dan menyelidiki apakah yang telah menyebabkan keadaan itu terjadi (ay. 40). Dan, menurut peratap, semua keadaan itu hanya dapat terjadi karena murka Allah ditimpakan ke atas umat-Nya. Murka itu bertujuan, agar Israel dapat berpaling kepada TUHAN. Israel harus bertobat, agar Allah kembali menyayanginya.

Bukan tidak ada harapan di dalam penderitaan, melainkan harus terjadi pertobatan supaya harapan dapat dipenuhi Allah. Peratap memberitakan,

tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya setiap pagi; selalu baru tiap pagi; besarlah kesetian-Mu” (ay. 22-23)

Allah mempunyai tujuan yang indah dalam kehidupan umat-Nya. Ia memilih dan menetapkan Israel menjadi saksi-Nya (Yes. 43:10 ; 55:4) bagi bangsa-bangsa. Israel menerima hak-hak khusus sebagai saksi TUHAN. Israel tidak melaksanakan kehendak-Nya. TUHAN menghukum umat-Nya.

Saudara yang dikasihi Yesus !

Pada Minggu Pra Paskah III ini kita diajak untuk merenungkan kembali panggilan dan pengutusan Allas atas Gereja dan orang Kristen. Allah memilih mereka menjadi umat kesayangan-Nya (I Pet. 2:9). Allah memberikan karunia-karunia untuk meneguhkan pengutusan Geraja di hadapan banyak orang. Hal itu bukan berarti, bahwa karena kekhususannya Gereja maupun orang Kristen dapat bebas melakukan apa saja menurut kemauannya. Ia harus tetap taat pada TUHAN yang memanggil dan mengutusnya. Jika ia tidak taat, maka sebagai hamba, Gereja maupun orang Kristen akan menghadapi hukuman Allah. Keistimewaan Gereja di hadapan Allah tidak membuatnya kebal terhadap murka Allah. Justru disebabkan kedekatannya dengan Allah Gereja harus peka mendengar suara-Nya dan melakukan kehendak-Nya.

Sama seperti Israel adalah saksi-saksi Allah yang ditugaskan ke dalam persekutuan bangsa-bangsa, demikianpun Gereja sekarang ini melakukan amanat yang sama. Yesus Kristus memanggil dan mengutus Gereja untuk menyaksikan berita keselamatan dan melayankan damai sejahtera kepada manusia. Gereja adalah hamba TUHAN yang melayani di dalam kehidupan masyarakat. Dia harus menjadi motivator dalam mendorong warga masyarakat melakukan kehendak Allah, yaitu : keadilan, kebenaran, dan damai sejahtera, supaya sukacita dapat bertumbuh dan manusia mengalami kebahagiaan. Dalam melaksanakan tugas itu Gereja harus tetap menggantungkan kehidupannya pada Allah, agar ke dalam hidupnya (baik manusia maupun sistem keagamaan) Allah mencurahkan kekuatan kuasa-Nya, yakni : Rohkudus, sehingga Gereja mampu berkarya bagi kemuliaan nama-Nya.

Di sisi lain, Gereja juga diperingatkan, ia akan mengahadapi keputusan Allah yang menghanguskan, jika ia melakukan persekongkolan dengan dunia dan mengkhianati TUHANnya. Jika pada suatu waktu Gereja berada di dalam kesukaran, maka (sebagai hamba TUHAN), Gereja harus mengoreksi diri (Ayb. 3 :39-40). Dan, jikalau ia menemukan kekeliruan di dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan misi, ia melakukan persekongkolan dengan dunia untuk menjalankan tugasnya, maka ia harus bertobat dan kembali kepada Allah. Jika ia tidak bertobat, Allah tidak akan memakainya lagi. Tetapi jika ia bertobat dan meninggalkan dosanya, Allah akan memulihkan dan membaharuinya supaya ia dapat berdaya guna bagi Allah dan keselamatan sesamanya.

( SABDA GUNA DHARMA, Edisi 88 Januari – Pebruari 2005 )

e-SBA KAKc , 27 Pebruari 2005

09 Minggu, 27 PEBRUARI 2005

POKOK UTAMA : YESUS dari Nazaret adalah Allah Yang Sejati dan Manusia Yang Sejati.
TUJUAN KURIKULER : Menjelaskan kepada warga jemaat dan pembaca bahwa dalam diri Yesus dari Nazaret, Allah menyatu dengan manusia berdosa.
POKOK BAHASAN : Di dalam dan melalui YESUS dari Nazaret, Allah telah datang ke dunia untuk membebaskan manusia dari kuasa dosa dan memberi kepada manusia hidup baru bersama Allah.
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM : Agar warga jemaat dan pembaca memahami dan mengimani bahwa Yesus adalah Tuhan yang datang ke dunia untuk memberi kehidupan baru bagi manusia, yaitu kehidupan bersama Allah.
SUB POKOK BAHASAN : Hamba Tuhan Yang Menderita


Bahan Alkitab : AYUB 3 : 1 - 14
Tujuan Pembelajaran Khusus : Agar anak dapat :
1. Menceritakan ulang cerita pengalaman Ayub dicobai oleh iblis atas ijin Tuhan;
2. Menceritakan bagaimana Ayub mengungkapkan kesedihan dan kekecewaannya atas peristiwa yang ia alami;
3. Menjelaskan hubungan antara kisah Ayub dan pengalaman hidup mereka sehari-hari.

MATERI PELAJARAN
KONTEKS
Kita tidak tahu siapa yang menulis kitab Ayub dan kapan kitab Ayub ditulis. Sebab kitab Ayub tidak mencantumkan nama penulisnya. Juga tidak ada informasi kapan kitab Ayub ditulis. Ada pendapat yang mengatakan bahwa Ayub sendiri yang menulis kitab Ayub setelah semua peristiwa yang ia alami berlalu. Ayub hidup sekitar tahun 2000 sebelum masehi. Jadi kitab Ayub ditulis sekitar tahun 2000 sebelum masehi. Pendapat yang lain mengatakan, kitab Ayub ditulis sekitar tahun 900 – 950 sebelum masehi, yaitu pada masa atau tidak lama setelah raja Salomo memerintah sebagai raja di Israel. Sebab bentuk sastra dan gaya penulisannya mirip dengan kitab-kitab sastra hikmat pada masa itu. Pendapat yang lain lagi mengatakan, kitab Ayub ditulis sekitar tahun 586 – 538 sebelum masehi, yaitu setelah orang-orang Yehuda dibuang ke Babel. Sebab pada masa itu, orang-orang Yehuda, umat Tuhan, sedang mencari jawaban teologis dari bencana yang sedang mereka alami.
Yang jelas, kitab Ayub ditulis untuk memberikan jawaban atas persoalan yang sedng terjadi pada waktu. Waktu itu, orang selalu bertanya-tanya, Mengapa Tuhan yang Maha Pengasih membiarkan orang benar, orang yang hidup takut akan Tuhan hidup mederita, bahkan membiarkan mereka mengalami penderitaan yang paling hebat ? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis kitab Ayub menyampaikan sebuah cerita tentang pergumulan seorang tokoh bernama Ayub. Cerita itu disampaikan dalam sistematika sebagai berikut : Pertama, PROLOG yang menceritakan tentang Ayub dan musibah yang dialaminya (Pasal 1 – 2). Kedua, tiga buah DIALOG yang terjadi antara Ayub dengan ketiga sahabatnya, Elifas, Bildad, dan Zofar (Pasal 4 – 31). Ketiga, empat buah MONOLOG dari Elihu, sahabat Ayub yang usianya paling muda (Pasal 32 – 37). Keempat, jawaban Tuhan kepada Ayub dan jawaban Ayub kepada Tuhan (Pasal 38:1 – 42:6). Kelima, EPILOG yang menceritakan tentang pemulihan Ayub (Pasal 42:7-17).
Ayub 14:1-22 merupakan bagian dari dialog yang pertama antara Ayub dengan ketiga sahabatnya (Pasal 4 - 14). Dialog itu dimulai dengan pendapat yang disampaikan Elifas tentang penderitaan Ayub (Pasal 4 – 5) dan dilanjutkan dengan tanggapan Ayub atas pendapat Bildad (Pasal 9 – 10). Kemudian pendapat yang disampaikan Zofar tentang penderitaan Ayub (Pasal 11) dan tanggapan Ayub atas pendapat Zofar (Pasal 12 – 14).
Ayub pasal 4 – 31 berisikan tiga buah dialog diantara Ayub dan ketiga sahabatnya (Elifas, Bildad, dan Zofar) tentang musibah yang Ayub alami. Dialog itu diawali dengan sebuah keluhan dari Ayub tentang musibah yang ia alami (3:1-26). Ayub 3:1-14 adalah bagian dari cerita tentang keluhan Ayub ditengah musibah yang ia alami.

PENJELASAN TEKS
Ayat 1 - 2
Ternyata Ayub tidak sanggup untuk memikul seorang diri beban penderitaan yang ditimpakan kepadanya. Sebab beban penderitaan itu sangat berat dan Ayub harus memikulnya seorang diri (bandingkan Ayub 1:9-11).
Ayat 3 - 14
Ayat-ayat ini berisikan jeritan tangisan Ayub di tengah penderitaan yang harus ia alami dan jalani seorang diri. Biasanya orang mensyukuri hari kelahirannya. Tetapi Ayub di dalam penderitaannya yang harus ia alami, mengutuki hari kelahirannya. Semoga hari itu tidak lagi diingat (ayat 3). Semoga hari itu menjadi hari yang sangat gelap (ayat 4-6). Ayub menyesali mengapa dirinya tidak mati saat ia dilahirkan ke dunia? (ayat 11, 13-14). Mengapa ia dipeluk dan disusui ibunya saat dilahirkan? (ayat 12).

PEMAHAMAN TEOLOGI
Sekalipun Ayub adalah seorang hamba Tuhan, Ayub juga adalah seorang manusia. Sebagai seorang manusia, Ayub terbukti tidak mampu menanggung penderitaan yang ditimpakan kepadanya. Ayub mengutuki hari kelahirannya, tetapi Ayub tidak pernah mengutuki Tuhan. Ayub adalah gambaran dari Yesus. Sebagai seorang anak manusia, Yesuspun tidak mampu menanggung penderitaan yang ditimpakan kepada-Nya. Di atas kayu salib Yesus berteriak. ”Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku”. Tetapi Yesus tidak pernah menyalahkan Bapa-Nya untuk penderitaan yang ditimpakan kepada-Nya

PENERAPAN
Ada saat dimana anak-anak mengalami kesulitan, dan menyebabkan mereka sedih, kecewa bahkan marah. Hal-hal tersebut sangat manusiawi, persoalannya kini bagaimana anak layan diarahkan untuk mengalami dan meyakini bahwa Allah terkadang mengijinkan kita bergumul untuk menguji iman, ketaatan dan kesetiaan kita kepada-Nya

CONTOH CERITA
Anak layan diminta untuk menceritakan ulang kisah Ayub minggu yang lalu. Kamudian kakak pelayan menjelaskan bagaimana reaksi Ayub ketika menerima cobaan tersebut. Ayub juga manusia biasa yang dapat menjadi sedih, putus asa, kecewa, bahkan marah atas cobaan yang ia terima. Tetapi tidak sampai di situ saja. Pada akhirnya Ayub mengalami bagaimana Tuhan mengasihani dia dan mengembalikan seluruh harta miliknya, karena Ayub didapati tetap setia dan taat. Allah tidak akan membiarkan anak-anak-Nya dicobai melampaui kekuatan mereka. Ia akan menolong dan melepaskan kita, asalkan kita hidup dalam ketaatan dan kesetiaan kepada-Nya.

AKTIVITAS
1. Mintalah seorang anak yang telah dapat membaca untuk membacakan Ayub 3 : 1 – 14 ini seperti membacakan puisi
2. Anak layan diberikan kesempatan untuk berbagi cerita tentang pengalaman mereka merasa sedih, kecewa, marah dsb.
3. Mintalah mereka untuk mendoakan orang-orang yang telah menyusahkan hati mereka.
4. Pilihlah aktivitas lainnya jika memungkinkan dan disesuaikan dengan kondisi setempat..


Pdt Ny D Meijer-H , M. Th.
( SABDA BINA ANAK Kelas Anak Kecil edisi Januari-Pebruari 2005 )

e-SGK , 23 Pebruari 2005

MINGGU PRA PASKAH II
Hari Rabu, 23 Pebruari 2005

TUHAN MENJAMIN HIDUP CIPTAANNYA
Kitab Ayub 17 : 1 – 10

Masih tentang penderitaan berkaitan dengan pemeliharaan Tuhan. Sangatlah manusiawi jika orang yang ketiban kesengsaraan mengeluh. Sangat manusiawi juga bila orang sengsara frustrasi dan putus asa, sebab segala usaha yang dilakukan untuk dapat keluar dari masalahnya mengalami kegagalan

Ayub, seorang saudagar kaya, tiba-tiba jatuh miskin. Menurut si pencerita, iblis diijinkan Allah untuk mencobai Ayub (lihat pasal 1-2). Tubuhnya mengidap penyakit ganas (torak, mungkinkah itu lepra/kusta ?). Seluruh miliknya ludes dan keluarganya berantakan; malahan sahabat-sahabatnya pun menghinanya. Tidak seorang pun menolong Ayub di dalam kesengsaraan hidupnya. Dalam pikiran manusia, mengapakah orang sebaik Ayub harus menderita karena kejahatan yang tidak dilakukannya? (bd. 17:18).

Satu hal yang dapat dipelajari dari Ayub adalah sikap hatinya yang setia kepada Allah dalam masa sengsara (2:10). Ia tidak menyalahkan Allah karena penderitaannya. Sudah wajar, jika Ayub mempertanyakan tujuan Allah dalam hidupnya. Sudah wajar pula jika ia mengeluh kepada Allah. Ayub tetap yakin, bahwa Allah tetap menyertainya. Malahan dengan nada permohonan, Ayub menyatakan : ”Biarlah Engkau menjadi jaminanku bagi diri-Mu sendiri” (17:3a). Dia pun percaya bahwa Allah berpihak kepadanya (19:27). Keyakinan yang teguh itu menguatkan Ayub, sekalipun sanubarinya (hati) nelangsa (gundah).

Dalam minggu Pra Paskah kita diajak untuk memahami makna penderitaan bagi kemuliaan Allah. Ada dua jenis penderitaan yang dialami manusia. Pertama, penderitaan itu disebabkan ulah sendiri; kedua, penderitaan yang dialami sebagai ujian Allah dalam kehidupan iman orang Kristen.

Dua hal itulah yang dimaksudkan. Pertama, jikalau kita menderita akibat ulah sendiri, maka hal itu harus menyadarkan hidup kita untuk memasuki pertobatan hidup di hadapan Allah dan sesama. Pertobatan kepada Allah, dalam arti sesungguhnya, dapat membawa kita ke dalam pengampunan untuk menerima belas kasihan-Nya. Pertobatan itu memungkinkan kita menikmati kebebasan. Persoalannya : apakah kita memahami penderitaan itu sebagai ulahnya sendiri ? Apakah kita mau meninggalkan sikap hati yang membuat ia terjerumus ke dalam derita ?

Kedua, jikalau TUHAN menghendaki kita menderita, maka kita harus memikulnya sambil memohonkan pertolongan-Nya. Yesus Kristus sendiri berdoa : Ya Bapa-Ku jikalau cawan minuman ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu” (Mat. 28:26). Dan ketika Yesus Kristus memasuki penderitaan salib itupun Dia berdoa: ”Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku”(Luk. 23:46). Seruan Yesus menunjukkan bahwa Dia percaya akan kuasa Allah yang melindungi kehidupan-Nya. Allah tidak meninggalkan diri-Nya, tetapi selalu memberikan jaminan keselamatan. Berdasarkan pemahaman itu Rasul Paulus mengatakan : ”Jikalau Allah di pihak kita siapakah yang akan melawan kita?”.

Persoalannya sekarang : apakah kita rela dan tulus menderita bagi Yesus Kristus yang telah menyelamatkan hidup kita ?

( SABDA GUNA KRIDA GPIB, Edisi 56 Januari-Pebruari 2005 )

Minggu Pra Paskah II , 20 Pebruari 2005

Minggu Pra Paskah II , 20 Pebruari 2005
Jadwal Ibadah sepekan
Minggu, 20 Pebruari 2005 : Ayub 2 : 1 - 13
PF : Ny W Sambuaga - Karundeng
Senin, 21 Pebruari 2005 : Ayub 7 : 11 - 21
Hari libur kantor GPIB ‘Immanuel’ Probolinggo
Selasa, 22 Pebruari 2005 : Ayub 10 : 8 - 17
Pk. 17.00 : Ibadah BPK PW di Gedung GPIB ‘Immanuel’ Probolinggo , d/a Jl. Suroyo 32 Probolinggo ( Lt : Pnt. Ny. Yohana Suitela-Lilipaly ; PF : Ny. W Sambuaga - Karundeng )Rabu, 23 Pebruari 2005 : Ayub 17 : 1 - 16
Pk. 19.00 :
Sektor I di Kel. Estefanus Y Lisapaly, d/a Jl Letjen Sutoyo II/14 Probolinggo ( Lt : Pnt. Kusudiharsono ; PF : Pnt. Julius M Timbas )
Sektor II di Hans E Kantoor , d/a Jl Mastrip ___ Probolinggo ( Lt : Bp Suparman ; PF : Pnt. Ny. Sientje F Lilipaly-Mantiri )
Sektor III di Kel. Ny Anita L Ambayong – Lerrick, d/a Perum Sumber Taman Indah ___ Probolinggo (Lt : Ny Grace Posumah ; PF : Pdt Yan P K Tacazily, S Th )
Kamis, 24 Pebruari 2005 : Ayub 19 : 8 - 27
Pk. 16.00 : Persiapan Pelayan PA di Kantor GPIB ‘Immanuel’ Probolinggo , d/a Jl. Suroyo 32 Probolinggo
Pk. 18.00 : Persiapan Presbiter di Kantor GPIB ‘Immanuel’ Probolinggo , d/a Jl. Suroyo 32 Probolinggo ( dpo : Pdt Yan P K Tacazily, S Th )
Jumat, 25 Pebruari 2005 : Ayub 23 : 1 - 17
Sabtu, 26 Pebruari 2005 : Ayub 42 : 7 - 17
Pk. 04.30 : Persekutuan Doa Subuh di Gedung GPIB , d/a Jl. Suroyo 32 Probolinggo ( PF : Pnt. Rully H Talumewo )
Pk. 18.00 : Ibadah BPK GP di Gedung GPIB, d/a Jl. Suroyo 32 Probolinggo ( Lt : Sdri. Mega Panjaitan ; PF : Dkn. Ny. Ida S A Kesaulija-Uneputty )
Minggu, 27 Pebruari 2005
Pk. 08.00 :
PPA TK di Gedung PA : Sdr Kristalenta / Sdri. Rebecca Suitela
PPA KK di Gedung PA : Sdri. Margeritha A Sodak
PPA KT di Gedung PA : Ny. Yohana D Suitela
PPT Eka & Dwi di Gedung PT : Bp. Sonly F Woy

Berdasarkan warta jemaat yg diedarkan pada Ibadah Minggu 20 Pebruari 2005

Wednesday, February 16, 2005

e-SGD , 20 Pebruari 2005

MINGGU PRA PASKAH II
Hari Minggu, 20 Pebruari 2005

HAMBA YANG SETIA DALAM DERITA
Kitab Ayub 2 : 1 – 13

Saudara seiman,

Persoalan yang muncul dalam pergumulan setiap manusia adalah : apakah dia menemukan hikmah di dalam derita yang sedang dijalani ? Apakah dia mengerti maksud dan rencana Tuhan di balik kesengsaraan yang dipikulnya ? Terkadang orang menyesali Tuhan dan hampir-hampir memungkiri imannya, disebabkan keletihan batin sepanjang jalan pergumulannya.

Perlukisan itu tampak dari percakapan Ayub dan isterinya, ketika ia sedang mengalami penyakit kulit. Sang isteri mengejek keteguhan hati (kesetiaan) Ayub, padahal Allah telah menolongnya. Katanya : ”Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu ? Kutukilah Allahmu dan matilah” (ay. 9). Pederitaan telah membuat isteri Ayub semakin terpuruk dan putus asa. Pikirkan kondisi keluarga mahakaya yang tiba-tiba seluruh harta bendanya ludes, anak-anak yang dikasihinya pun tiada. Sementara kawan-kawannya menghindari dan menyalahkan Ayub yang menciptakan kondisi seperti itu (psl. 6:15 dst).

Keadaan itu pasti menciptakan ketegangan bathin dalam diri pemiliknya, seperti Ayub dan isterinya. Tekanan-tekanan kondisional itu tidak membuat Ayub menyangkali atau memusuhi TUHANnya. Meskipun beban hidupnya berat (psl. 7), Ayub tidak pernah mangkir dari Allah. Ia tetap tekun menghadapi realitas hidup sambil mencari akar persoalan dan jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapinya. Ia seperti seorang hamba TUHAN yang sedang menderita (bd. Yes. 52:12 – 53:12).

Sebuah istilah yang tepat digunakan isteri Ayub, ketika ia mengejek suaminya : ”ketekunan”. Ketekunan, sesungguhnya, mengandung dan berkaitan dengan berbagai kata lain yang melukiskan sikap Ayub, seperti : ketabahan hati, kesabaran menanti jawaban TUHAN, sekalipun terbersit kekecewaan dan keputus-asaan mengatasi masalahnya. Mengapa Ayub bertekun dalam deritanya ? Katanya : ”Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk ?”(ay. 10). Ayub menyadari akan kenikmatan hidup di masa lalu pun pemberian TUHAN, sehingga tidak ada alasan untuk menyalahkan-Nya atas peristiwa yang sedang dialaminya. Kesadaran imannya menuntut akal budi dan nuraninya menanggapi komentar isterinya serta membentuk karakternya dalam mengatasi masalah. Rasul Paulus mengatakan :

Bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Rohkudus yang dikaruniakan kepada kita (Roma 5 : 3b – 5)

Dalam hal itu Ayub tidak berdosa (ay. 10b). Komentar penulis Kitab Ayub ini memberikan sebuah catatan tentang sikap Ayub. Ia tidak berdosa. Mengapa ? Sebab ia tekun dan tahan uji serta berharap kepada Allah.

Saudara Jemaat Kristus!

Penderitaan Ayub, sedikit-dikitnya, menggambarkan kondisi yang dialami Yesus Kristus pada masa Perjanjian Baru. Ia tidak berdosa. Rasul Paulus menuliskan :

Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya di dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah (II Kor. 5 : 21)

Yesus Kristus sama sekali tidak berdosa. Yesus Kristus pun bukanlah manusia yang melakukan kesalahan, sehingga Dia harus dikorbankan di atas panggung politik nasional maupun di atas mezbah keagamaan. Ia adalah Allah yang menyelamatkan, tetapi sekaligus manusia sejati yang menghambakan Diri-Nya demi pelayanan pengampunan dosa bagi banyak orang. Di dalam kegetiran maut yang akan dihadapi-Nya, kita mendengar doa-Nya:

Jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu” (Mat. 26:42)

Doa itu membuka pemahaman iman kita, bahwa Yesus sendiri tidak mengerti mengapa Dia harus dituduh oleh orang Yahudi, padahal Dia melakukan kehendak Allah. Kemunafikan, atau sekurang-kurangnya ketidaktahuan, orang Yahudi telah membuat Yesus menjadi korban sembelihan demi kepentingan kelompok tertentu. Yesus tidak menghindari kematian-Nya. Dia berdoa untuk semua orang :

Ya Bapa ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk. 23:34)

Sama seperti Ayub berdoa menjadi juru syafaat bagi teman-temannya di hadapan Allah (Ayb 42:10), demikianpun Yesus berbuat lebih dari Ayub bagi pengampunan dosa banyak orang.

Saudara yang dikasihi Yesus !

Pada Minggu Pra Paskah II ini kita diajak merenungkan dua sikap yang terdapat pada Ayub dan juga di dalam Yesus Kristus, yakni :

Tekun dalam penderitaan, dan
Menjadi Jurusyafaat bagi sesama

Sering kita tidak mau mengampuni orang yang menyakiti, menjebak kita ke dalam kesulitan. Kita tidak tulus dalam persahabatan dengan sesama, ketika sahabat mengalami penderitaan. Bagaimanakah jika penderitaan itu terjadi atas kehendak Allah ? Apakah kita tidak dapat memaafkan Allah atas ujian yang diberikan-Nya, supaya kita memperoleh kebaikan-Nya ?

Marilah kita bertobat kepada Allah di dalam Yesus Kristus. Marilah kita belajar meniru Yesus Kristus dan Ayub yang selalu setia dan tekun, tabah dan tahan uji sambil mengharapkan pertolongan-Nya, supaya kita dibebaskan-Nya dari berbagai persoalan hidup yang penuh dosa.

( SABDA GUNA DHARMA, Edisi 88 Januari – Pebruari 2005 )

Monday, February 14, 2005

e-SBA KAKc , 20 Pebruari 2005

08 Minggu, 20 PEBRUARI 2005

POKOK UTAMA : YESUS dari Nazaret adalah Allah Yang Sejati dan Manusia Yang Sejati.
TUJUAN KURIKULER : Menjelaskan kepada warga jemaat dan pembaca bahwa dalam diri Yesus dari Nazaret, Allah menyatu dengan manusia berdosa.
POKOK BAHASAN : Di dalam dan melalui YESUS dari Nazaret, Allah telah datang ke dunia untuk membebaskan manusia dari kuasa dosa dan memberi kepada manusia hidup baru bersama Allah.
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM : Agar warga jemaat dan pembaca memahami dan mengimani bahwa Yesus adalah Tuhan yang datang ke dunia untuk memberi kehidupan baru bagi manusia, yaitu kehidupan bersama Allah.
SUB POKOK BAHASAN : Hamba Yang Setia Dalam Derita


Bahan Alkitab : AYUB 2 : 1 - 13
Tujuan Pembelajaran Khusus : Agar anak dapat :

1. Menceritakan ulang cerita tentang Ayub;
2. Memahami cerita Ayub melalui kegiatan bermain peran;
3. Menjelaskan hubungan antara Ayub dan kehidupan mereka sehari-hari.

MATERI PELAJARAN
KONTEKS

Kita tidak tahu siapa yang menulis kitab Ayub dan kapan kitab Ayub ditulis. Sebab kitab Ayub tidak mencantumkan nama penulisnya. Juga tidak ada informasi kapan kitab Ayub ditulis. Ada pendapat yang mengatakan bahwa Ayub sendiri yang menulis kitab Ayub setelah semua peristiwa yang ia alami berlalu. Ayub hidup sekitar tahun 2000 sebelum masehi. Jadi kitab Ayub ditulis sekitar tahun 2000 sebelum masehi. Pendapat yang lain mengatakan, kitab Ayub ditulis sekitar tahun 900 – 950 sebelum masehi, yaitu pada masa atau tidak lama setelah raja Salomo memerintah sebagai raja di Israel. Sebab bentuk sastra dan gaya penulisannya mirip dengan kitab-kitab sastra hikmat pada masa itu. Pendapat yang lain lagi mengatakan, kitab Ayub ditulis sekitar tahun 586 – 538 sebelum masehi, yaitu setelah orang-orang Yehuda dibuang ke Babel. Sebab pada masa itu, orang-orang Yehuda, umat Tuhan, sedang mencari jawaban teologis dari bencana yang sedang mereka alami.
Yang jelas, kitab Ayub ditulis untuk memberikan jawaban atas persoalan yang sedng terjadi pada waktu. Waktu itu, orang selalu bertanya-tanya, Mengapa Tuhan yang Maha Pengasih membiarkan orang benar, orang yang hidup takut akan Tuhan hidup mederita, bahkan membiarkan mereka mengalami penderitaan yang paling hebat ? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis kitab Ayub menyampaikan sebuah cerita tentang pergumulan seorang tokoh bernama Ayub. Cerita itu disampaikan dalam sistematika sebagai berikut : Pertama, PROLOG yang menceritakan tentang Ayub dan musibah yang dialaminya (Pasal 1 – 2). Kedua, tiga buah DIALOG yang terjadi antara Ayub dengan ketiga sahabatnya, Elifas, Bildad, dan Zofar (Pasal 4 – 31). Ketiga, empat buah MONOLOG dari Elihu, sahabat Ayub yang usianya paling muda (Pasal 32 – 37). Keempat, jawaban Tuhan kepada Ayub dan jawaban Ayub kepada Tuhan (Pasal 38:1 – 42:6). Kelima, EPILOG yang menceritakan tentang pemulihan Ayub (Pasal 42:7-17). Ayub 14:1-22 merupakan bagian dari dialog yang pertama antara Ayub dengan ketiga sahabatnya (Pasal 4 - 14). Dialog itu dimulai dengan pendapat yang disampaikan Elifas tentang penderitaan Ayub (Pasal 4 – 5) dan dilanjutkan dengan tanggapan Ayub atas pendapat Bildad (Pasal 9 – 10). Kemudian pendapat yang disampaikan Zofar tentang penderitaan Ayub (Pasal 11) dan tanggapan Ayub atas pendapat Zofar (Pasal 12 – 14).
Ayub 2 : 1 – 13 merupakan bagian dari prolog kitab Ayub. Prolog itu diawali dengan cerita tentang sosok bernama Ayub (1:1-5) kemudian dilanjutkan dengan cerita tentang musibah yang Ayub alami (1:6 – 2:13). Musibah pertama yang Ayub alami adalah Ayub kehilangan harta kekayaannya (Ayub 1:6-12). Musibah kedua yang Ayub alami adalah Ayub kehilangan semua anak-anaknya (Ayub 1:13-22). Dan musibah ketiga yang Ayub alami adalah Ayub mengalami sakit kulit yang parah (Ayub 2 :1-13).

PENJELASAN TEKS
Ayat 1
Sidang Ilahi ini adalah Sidamng Ilahi yang kedua yang diceritakan oleh penulis kitab Ayub. Sidang Ilahi ini dipimpin oleh Allah sendiri dan dihadiri oleh anak-anak Allah, yaitu para malaikat di sorga. Seperti pada sidang Ilahi yang pertama, dalam sidang Ilahi yang kedua, iblis juga hadir sebagai peserta sidang.
Ayat 2
Mengenai iblis dan pekerjaannya, penulis kitab Ayub mengatakan bahwa pekerjaan iblis adalah mengitari bumi untuk mencari-cari kesalahan menusia dan menyampaikannya kepada Allah sebagai sebuah tuduhan / dakwaan
Ayat 3
Iblis pernah menyampaikan tuduhan tentang Ayub kepada Allah. Bahwa kesetiaan dan ketaatan Ayub kepada Allah bukan kesetiaan dan ketaatan yang sungguh-sungguh melainkan kesetiaan dan ketaatan yang disebabkan karena Allah memberkati Ayub dengan kehidupan yang sejahtera dan bahagia. Kesetiaan dan ketaatan Ayub kepada Allah akan sirna ketika Allah tidak lagi memberkati Ayub dengan kehidupan yang sejahtera dan bahagia (Ayub 1:9-11). Allah mengatakan kepada iblis bahwa telah terbukti, tuduhan iblis itu tidak benar. Sebab sekalipun Ayub telah kehilangan semua hartanya dan semua anaknya, Ayub tetap setia dan taat kepada Tuhan.
Ayat 4 - 5
Iblis kembali menyampaikan tuduhan tentang Ayub kepada Allah. Bahwa kesetiaan dan ketaatan Ayub kepada Allah akan sirna bahkan Ayub akan berbalik mengutuki Allah ketika Allah membiarkan tubuh Ayub menderita.
Ayat 6
Allah memberi kepada iblis kesempatan untuk membuktikan kebenaran tuduhannya itu. Allah memberi kepada iblis kesempatan seluas-luasnya untuk menulahi tubuh Ayub dengan penyakit. Tetapi Allah tidak memberi kepada iblis kesempatan untuk mengambil nyawa Ayub karena hanya Allah satu-satunya yang berhak untuk mengambil nyawa Ayub.
Ayat 7 – 8
Karena Allah telah memberi kepada iblis kesempatan itu, maka iblis menulahi tubuh Ayub dengan penyakit kulit yang mengerikan, sehingga membuat Ayub harus diasingkan dari masyarakat (bandingkan kitab Imamat 13 : 44 – 59)
Ayat 9 – 10
Iblis tidak hanya membuat tubuh Ayub menderita. Iblis juga membuat batin Ayub sangat menderita. Isteri Ayub, penolong yang Allah berikan kepada Ayub (Kejadian 2:18) justru meninggalkan Ayub di tengah penderitaan yang sedang Ayub alami.
Ayat 11 – 13
Penderitaan yang Ayub alami sangat berat. Sebab ketika Elifas, orang Teman, Bildad, orang Suah, dan Zoar, orang Naam, adalah sahabat-sahabat karib Ayub datang menjumpai Ayub untuk menyampaikan belasungkawa kepada Ayub dan menghibur Ayub di dalam penderitaannya (ayat 11), mereka ikut berduka melihat penderitaan yang Ayub alami (ayat 12-13).

PEMAHAMAN TEOLOGI
Iblis tidak menghendaki Ayub sebagai seorang hamba Tuhan hamba-hamba Tuhan yang lain, hidup setia dan taat kepada Tuhan. Karena itu iblis dengan segala tipu muslihatnya berusaha membuat Ayub dan hamba-hamba Tuhan yang lain berpaling dari Tuhan bahkan mengutuki Tuhan. Tuhan memberi ijin kepada iblis untuk mencobai Ayub dan hamba-hamba Tuhan yang lain. Sekalipun Ayub sangat menderita karena iblis menghajarnya dengan penyakit yang menjijikkan, Ayub sebagai seorang hamba Tuhan tetap seyia dan taat kepada Tuhan.

PENERAPAN
Iblis selalu ingin membuat anak-anak Tuhan berpaling dari-Nya. Dengan segala godaannya, iblis berharap dapat menang atas manusia, dan manusia meninggalkan Tuhan untuk menyembahnya. Ketaatan dan kesetiaan anak-anak Tuhan pada perintah Tuhan akan menjadi senjata yang ampuh untuk melawan si iblis. Bahkan jika kita ada dalam Tuhan, maka Ia tidak akan membiarkan kita dipermainkan oleh iblis.

CONTOH CERITA
Cerita tentang Ayub dapat disampaikan kepada anak layan untuk menjelaskan tentang kesetiaan dan ketaatan seorang yang percaya kepada Tuhan. Cerita tersebut dapat disampaikan dengan mempergunakan gambar-gambar tentang Ayub.

AKTIVITAS
1. Anak layan diajak bermain, dimana setiap anak diminta berperan sebagai Allah, Ayub, iblis, isteri Ayub, Elifas, Bildad dan Zofar.
2. Setiap pemeran dikalungkan kertas karton yang telah ditulisi nama tokoh yang ia perankan. Hal ini untuk memudahkan anak-anak mengingat nama-nama tokoh dalam kisah Ayub kali ini.
3. Mintalah anak-anak menceritakan ulang kisah Ayub.


Pdt Ny D Meijer-H , M. Th.

( SABDA BINA ANAK Kelas Anak Kecil edisi Januari-Pebruari 2005 )

e-SGK , 16 Pebruari 2005

MINGGU PRA PASKAH I
Hari Rabu, 16 Pebruari 2005

PEMBERITAAN TUHAN DALAM PENCOBAAN
Kitab Kejadian 39 : 1 – 23


Pengalaman Yusuf adalah sebuah kebiasaan yang selalu dilakukan siapapun terhadap sesamanya meskipun dalam bentuk yang berbeda. Yusuf dijual saudara-saudaranya. Ia dijadikan pembantu rumah tangga di rumah Potifar. Ia dicintai isteri Potifar dan akhirnya menjadi korban fitnahan, disebabkan tujuan sang isteri tidak tercapai. Fitnah merupakan pembunuhan psikologis terhadap siapapun. Fitnah dapat mematikan kehidupan orang lain, sama seperti itu pula keputusan yang salah atas diri seseorang yang melakukan kebenaran dapat mematikan orang itu. Allah itu benar dalam penilaian-Nya. Ia menilai orang bukan saja menurut apa yang kelihatan, tetapi juga terhadap apa yang tersembunyi dalam hati dan pikiran manusia (motivasi perbuatan).

Yusuf difitnah isteri Potifar (ay. 14-18), sebab ia tidak menuruti keinginannya (ay. 10-12). Akibat fitnahan itu Yusuf harus berhubungan dengan tuduhan melakukan perbuatan kriminal terhadap isteri pejabat Negara. Ia dihukum kurungan penjara (ay. 20 – tidak disebutkan berapa tahun). Bagi Yusuf, adalah lebih baik menerima hukuman itu ketimbang melakukan perbuatan nista di hadapan mata Allah. Ia lebih setia kepada Allah, sekalipun untuk mempertahankan kesetiaannya, Yusuf harus berkorban diri.

Allah memperhatikan kesetiaan Yusuf. Dia menyertai Yusuf (ay. 21). Kesetiaan Yusuf kepada Allah sajalah yang membuat dia dapat bertahan menghadapi masalah. Allah membuat Yusuf menjadi kesayangan sesamanya, termasuk kepala penjara (ay. 21). Malahan Allah memberikan kesempatan kepadaYusuf untuk nelakukan pekerjaan-pekerjaan selama waktu penahanannya. Jadi kebaikan hati kepala penjara itu bukan disebabkan karena Yusuf, tetapi karena Allah menjadikan Yusuf terbaik di antara yang lain. Kesetiaan kepada Allah selalu membuahkan hasil yang cemerlang, sekalipun di dalam penderitaan.

Pada saat sekarang ini orang selalu menggunakan kesempatan untuk mencapai cita-citanya, meskipun cara-caranya tidak benar dan tidak susila. Allah tidak menghendaki hal itu dilakukan orang Kristen. Dia menghendaki kesetiaan dan kasih kepada-Nya. Dia menghendaki orang Kristen setia memberlakukan firman-Nya, walaupun mereka harus menderita. Jika orang Kristen menderita karena melakukan kehendak Allah, maka Dia pasti memberikan jalan keluar dan kekuatan untuk menanggung derita itu (I Kor. 10:13). Persoalannya : apakah kita bersedia menanggung derita bagi Allah ? Bukankah kita selalu ingin menghindari kesengsaraan dengan menempuh jalan pintas tanpa menurut kemauan-Nya ?

( SABDA GUNA KRIDA GPIB, Edisi 56 Januari-Pebruari 2005 )

Sunday, February 13, 2005

Minggu Pra Paskah I , 13 Pebruari 2005

Minggu Pra Paskah I , 13 Pebruari 2005
Jadwal Ibadah sepekan
Minggu, 13 Pebruari 2005 : Kejadian 37 : 12 - 24
PF : Pnt. John H C Rondonuwu
Senin, 14 Pebruari 2005 : Kejadian 37 : 25 - 30
Hari libur kantor GPIB ‘Immanuel’ Probolinggo
Selasa, 15 Pebruari 2005 : Kejadian 37 : 31 - 36
Pk. 17.00 : Ibadah BPK PW di Ny. Sri W Subagio , d/a Jl. Sebaung-Gending Probolinggo ( Lt : Ny. Tien S Doris ; PF : Ny. Sambuaga - Karundeng )
Rabu, 16 Pebruari 2005 : Kejadian 39 : 1 - 23
Pk. 19.00 :
Sektor I di Kel. Ny Diah Ulupi, d/a Perum Kopian Barat Probolinggo ( Lt : Bp K Sinuhaji ; PF : Pnt. Rully H Talumewo )
Sektor II di Kel. Ny. Yohana Suitela-Lilipaly , d/a Jl. K H Manshur ___ Probolinggo ( Lt : Dkn. Ny. Nunik A P Kantoor ; PF : Dkn. Ny. Sofietje N N Kippuw-Rondonuwu )
Sektor III di Kel. Marthen Holbala , d/a Perum Pabean Indah P-_ Probolinggo (Lt : Bp Simon Petrus ; PF : Pdt Yan P K Tacazily, S Th )
Kamis, 17 Pebruari 2005 : Kejadian 41 : 37 - 57
Pk. 16.00 : Persiapan Pelayan PA di Kantor GPIB ‘Immanuel’ Probolinggo , d/a Jl. Suroyo 32 Probolinggo
Pk. 18.00 : Persiapan Presbiter di Kantor GPIB ‘Immanuel’ Probolinggo , d/a Jl. Suroyo 32 Probolinggo ( dpo : Pdt Yan P K Tacazily, S Th )
Jumat, 18 Pebruari 2005 : Kejadian 45 : 1 - 15
Pk. 19.00 : Ibadah BPK PKB di Ny. Hilda T Buttu-Sumampow , d/a Jl. Abdul Aziz 656 Probolinggo ( Lt : __________________ ; PF : Pnt. Julius M Timbas )
Sabtu, 19 Pebruari 2005 : Kejadian 46 : 1 - 7
Pk. 04.30 : Persekutuan Doa Subuh di Gedung GPIB , d/a Jl. Suroyo 32 Probolinggo ( PF : Pnt. Rully H Talumewo )
Minggu, 20 Pebruari 2005
Pk. 08.00 :
PPA TK di Gedung PA : Ny. Puji A Widodo
PPA KK di Gedung PA : Sdri. Audra Lilipaly
PPA KT di Gedung PA : Ny. Lusi Sugiarti
PPT Eka & Dwi di Gedung PT : Sdri. Rebecca Suitela

Berdasarkan warta jemaat yg diedarkan pada Ibadah Minggu 13 Pebruari 2005

Monday, February 07, 2005

e-SGD , 13 Pebruari 2005

MINGGU PRA PASKAH I
Hari Minggu, 13 Pebruari 2005

RENCANA MEMBUNUH YUSUF
Kitab Kejadian 37 : 12 – 24

Saudara seiman,

Tradisi (naskah tertulis maupun cerita lisan) yang berkembang di sekitar tokoh Yusuf, anak Yakub dan Rachel, amat menarik direnungkan pada Minggu Epiphania V menjelang Gereja memasuki Minggu Pra Paskah I. Yusuf, anak Yakub, amat disayangi ayahnya. Ia seorang yang idealis, sebagaimana mimpi (Ibr. halom dapat juga diterjemahkan ke dalam kata : cita-cita) yang diceritakan kepada kaum keluarganya. Ia santun dalam pergaulan dan rendah hati di hadapan kaum keluarganya. Ia bersama adiknya, Benyamin, selalu berada di rumah. Mereka tidak mengikuti saudara-saudara lain, jika mereka pergi ke ladang atau berburu. Itulah sebabnya Yakub menyuruhnya mengantarkan makanan pada saudara-saudaranya.

Akan tetapi sudah sejak lama saudara-saudaranya merencanakan untuk menyingkirkan Yusuf entah dengan cara apapun. Kesempatan itu ditemukan, ketika Yusuf datang mengantarkan makanan. Mereka berdebat di sekitar bagaimana cara menghabisi riwayat Yusuf. Berbagai cara dipikirkan dan didebatkan, akhirnya mereka menjual Yusuf kepada pedagang orang Midian yang lewat di padang penggembalaannya. Untuk menutupi perbuatan dosanya, saudara-saudara Yusuf menyembelih kambing dan mencelupkan jubah Yusuf ke dalam darah itu. Mereka pulang bertemu Yakub, dan dengan wajah gundah mereka menipu Yakub, bahwa Yusuf, adiknya itu, sudah mati dimangsa binatang buas.

Cerita itu mirip cerita tentang bagaimana pemuka Yahudi, yakni : orang Saduki, Parisi, ahli kitab dan para Imam merencanakan pembunuhan Yesus Kristus. Perencanaan itu bertolak dari pemikiran, bahwa kehadiran Yesus telah menggoncangkan kedudukan mereka sebagai Pemimpin sosial maupun agama Yahudi. Pemunculan Yesus di depan umum serta perbuatan ajaib yang dilakukan-Nya telah membuat mereka kehilangan pamor dan pengikut di dalam masyarakat. Berbagai alasan dicari untuk dapat menyingkirkan Yesus.

Dalam Minggu Sengsara I ini kita diajak memahami berbagai hal yang berkaitan dengan perencanaan orang Yahudi untuk membunuh Yesus. Perbuatan itu sendiri, sekalipun Yesus sudah tidak ada dalam keadaan jasmaniah, bersama dengan gereja saat ini. Namun apa yang dialami Yesus Kristus akan selalu harus diperhatikan Gereja. Bukan tidak mungkin terjadi, ada segelintir manusia yang berpikir dan sedang merencanakan bagaimana caranya menghambat pertumbuhan dan perkembangan Gereja Yesus Kristus. Bukan tidak mungkin ada rencana yang tersusun rapi untuk menjebak Gereja ke dalam pelaksanaan politik praktis. Ketika Gereja terjun melakukannya, maka ada kesempatan untuk mencela, bahkan menjadi sasaran empuk dijadikan korban sembelihan politik praktis.

Gereja diingatkan oleh peristiwa yang pernah terjadi dalam kehidupan Yusuf dan Tuhan Yesus, agar bersikap prihatin dan mengantisipasi berbagai perubahan sosial-politik yang dapat menghancurkan kehidupannya. Namun dalam pemikiran seperti itu, Gereja tidak perlu merasa ciut dan gentar; sebab sekalipun orang-orang Kristen dipersembahkan sebagai martir di atas panggung politik, Gereja Yesus Kristus akan terus bertumbuh, berkembang dan berbuah. Apakah alasannya ? Karena Gereja itu milik Kristus Yesus : Anak Allah Yang Hidup. Dialah yang empunya kuasa. Dialah yang akan membawa Gereja menuju kemenangan sesuai dengan kehendak-Nya sendiri.

( SABDA GUNA DHARMA, Edisi 88 Januari – Pebruari 2005 )

e-SBA KAKc , 13 Pebruari 2005


07 Minggu, 13 PEBRUARI 2005

POKOK UTAMA : YESUS dari Nazaret adalah Allah Yang Sejati dan Manusia Yang Sejati.
TUJUAN KURIKULER : Menjelaskan kepada warga jemaat dan pembaca bahwa dalam diri Yesus dari Nazaret, Allah menyatu dengan manusia berdosa.
POKOK BAHASAN : Di dalam dan melalui YESUS dari Nazaret, Allah telah datang ke dunia untuk membebaskan manusia dari kuasa dosa dan memberi kepada manusia hidup baru bersama Allah.
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM : Agar warga jemaat dan pembaca memahami dan mengimani bahwa Yesus adalah Tuhan yang datang ke dunia untuk memberi kehidupan baru bagi manusia, yaitu kehidupan bersama Allah.
SUB POKOK BAHASAN : Rencana Membunuh Yusuf.


Bahan Alkitab : KEJADIAN 37 : 12 – 24
Tujuan Pembelajaran Khusus : Agar anak dapat :
1. Menceritakan ulang kisah Yusuf dan saudara-saudaranya;
2. Mengemukakan pandangannya tentang arti cerita Yusuf bagi kehidupan mereka sehari-hari;
3. Merefleksikan cerita Yusuf melalui kegiatan mewarnai gambar.

MATERI PELAJARAN
KONTEKS (Kitab Kejadian)
Kitab Kejadian dalam Perjanjian Lama bahasa Ibrani deberi judul ”Beresith”, artinya ”Pada mulanya”. Judul itu diambil dari kata pertama dalam kitab Kejadian, ”Pada mulanya Allah menciptakan ... ”. Sedang dalam Perjanjian Lama bahasa Yunani (Septuaginta) kitab Kejadian diberi judul ”Genesis”, artinya ”asal mula”. Sebab kitab Kejadian menceritakan tentang asal mula segala sesuatu yang ada di alam semesta : asal mula alam semesta, asal mula manusia, asal mula bangsa-bangsa, dan asal mula bangsa Israel.
Dalam kitab Kejadian tidak dijelaskan nama penulis kitab ini. Tetapi Pentateukh, yaitu kelima kitab yang pertama dalam Perjanjian Lama (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan) diterima sebagai kitab-kitab yang ditulis oleh Musa. Karena itu kelima kitab-kitab itu disebut sebagai Kitab Musa atau Taurat Musa (bandingkan 2 Raja-raja 14:6; Ezra 6:18; Nehemia 13:1; Daniel 9:11-13; Yohanes 5:46-47)
Dalam menceritakan tentang asal mula segala sesuatu, kitab Kejadian memulai dengan sebuah Pendahuluan (Kejadian 1:1 – 2:3). Setelah Pendahuluan, kitab Kejadian menceritakan asal mula dimulai dengan asal mula langit dan bumi dan diakhiri dengan asal mula bangsa Israel. Dalam menceritakan tentang asal mula segala sesuatu itu, kitab Kejadian selalu memulainya dengan mengatakan demikianlah riwayat (Kejadian 2:4) atau inilah daftar keturunan (Kejadian 5:1) atau inilah riwayat (Kejadian 6:1; 35:2) atau inilah keturunan (Kejadian 10:1; 11:10; 11:27; 25:12; 25:19; 36:1)
Cerita tentang asal mula segala sesuatu itu ditulis dalam urutan sebagai berikut : riwayat langit dan bumi (Kejadian 2:4 - 4:26); daftar keturunan Adam (Kejadian 5:1 – 6:8); riwayat Nuh (Kejadian 6:9 – 9:29); keturunan anak-anak Nuh (Kejadian 10:1 – 11:9); keturunan Sem (Kejadian 11:10-26); keturunan Terah (Kejadian 11:27 – 25:11); keturunan Ismael (Kejadian 25:12-18); keturunan Ishak (Kejadian 25:19 – 35:29); keturunan Esau (Kejadian 36:1-43); keturunan Yakub (Kejadian 37:2 – 50:26).
Cerita tentang Keturunan Yakub (Kejadian 37:2 – 50:26) menceritakan tentang kehadiran Yakub dan anak-anaknya di Mesir. Cerita ini diawali dengan cerita tentang Yusuf dijual ke Mesir (Kejadian 37:2-36). Kejadian 37:12-24 merupakan bagian dari cerita tentang Yusuf dijual ke Mesir.

PENJELASAN TEKS
Ayat 12-14
Yakub dan keluarganya adalah keluarga peternak. Mereka tinggal di lembah Hebron (ayat 14). Karena jumlah ternak mereka sangat banyak, anak-anak Yakub mengembalakan kawanan ternak mereka dari satu tempat ke tempat yang lain. Ketika anak-anak Yakub (kecuali Yusuf, Benyamin dan Dina) sedang menggembalakan kawanan ternak mereka di daerah Sikhem, Yakub menyuruh Yusuf menjenguk saudara-saudara untuk mengetahui keadaan mereka dan keadaan ternak mereka (ayat 14)
Ayat 15-17
Yusuf tidak menjumpai saudara-saudaranya di Sikhem, sebab saudara-saudaranya telah membawa kawanan ternak gembalaan mereka menuju daerah yang lain (ayat 15-16). Menurut informasi yang Yusuf peroleh dari orang-orang yang ia temui di Sikhem, saudara-saudara telah berangkat dari Sikhem menuju di Dotan. Karena itu Yusif pergi ke Dotan untuk menjumpai saudara-saudaranya (ayat 17).
Ayat 18-20
Anak-anak Yakub sangat membenci Yusuf, saudara mereka (ayat 18). Pertama, karena Yakub mengasihi Yusuf lebih dari Yakub mengasihi anak-anaknya yang lain (Kejadian 37:3-4). Kedua, karena Yusuf sering memberitahukan Yakub tentang kejahatan yang saudara-saudaranya lakukan (Kejadian 37:2). Ketiga, karena Yusuf mengatakan bahwa saudara-saudaranya kelak akan sujud menyembah Yusuf (Kejadian 37:5-11, 19). Karena itu nereka bermaksud untuk membunuh Yusuf (ayat 18) dan membuang jenazahnya ke dalam sebuah sumur (ayat 20).
Ayat 21-22
Ruben, sebagai anak sulung dari Yakub tidak setuju dengan rencana adik-adiknya itu. Untuk menyelamatkan Yusuf, adiknya dari rencana jahat anak-anak Yakub yang lain, Ruben mengusulkan agar mereka tidak membunuh Yusuf (ayat 21) melainkan memasukkan Yusuf ke dalam sumur yang ada di padang (ayat 22).
Ayat 23-24
Usul Ruben itu diterima oleh anak-anak Yakub yang lain. Ketika Yusuf berjumpa dengan saudara-saudaranya, anak-anak Yakub itu menangkap Yusuf, membuka pakaiannya (ayat 23) dan memasukkan Yusuf ke dalam sumur yang tidak berair (ayat 24).

PEMAHAMAN TEOLOGI
Manusia merancang kebinasaan bagi sesamanya. Tetapi Tuhan berkuasa mengubah rancangan kebinasaan itu menjadi rancangan damai sejahtera. Anak-anak Yakub merencanakan untuk membunuh Yusuf, saudara mereka. Tetapi Tuhan dengan kuasa-Nya mengubah rencana jahat itu. Sebab Tuhan mempunyai rencana yang indah dengan Yusuf. Melalui Ruben, anak sulung Yakub.

PENERAPAN
Terkadang anak-anak juga tergoda untuk berlaku curang baik terhadap adik/kakak maupun temannya. Allah tidak menghendaki hal tersebut dilakukan oleh anak-anak-Nya. Allah dapat mengubah tipu muslihat manusia untuk Ia pakai mendidik demi kebaikan mereka. Sebaliknya Allah juga sanggup untuk melindungi anak-anak-Nya dari berbagai upaya tipi muslihat iblis terhadap anak manusia.

CONTOH CERITA
Suatu saat, Adi yang sedang menikmati kue kesukaannya bermain di halaman rumahnya. Dari jauh ia melihat temannya, Rudi, menghampirinya. Kuatir bahwa Rudi akan meminta kue kesukaannya, maka ia menyembunyikan kue dalam genggamannya ke balik punggungnya. Ia tak menyadari bahwa anjing kesayangannya sedang memperhatikan kue yang ada dalam genggamannya. Rudi melihat keanehan pada tingkah Adi, kemudian bertanya ”apa yang kamu sembunyikan itu Di ?”, ah tidak ada, hanya tanganku sedang sakit saja, jawab Adi!”. Pasti kamu sedang menyembunyikan kue, karena mulutmu ada makanan yang tersisa, kata Rudi pada Adi. Adi tetap mengelak karena takut kuenya dimintai oleh Rudi. Tak lama kemudian, anjing kesayangan Adi yang sejak tadi meneteskan liurnya karena menginginkan kue Adi, datang mendekat dan dalam sekejap ia merebut kue dalam genggaman Adi. Melihat hal tersebut Adi bersedih dan marah karena kue yang ia sembunyikan dari Rudi justru diambil oleh anjing kesayangannya. Akhirnya ulah Adi diketahui oleh Rudi, betapa malunya dia. Ketika kita merancang suatu rencana yang tidak baik, maka Tuhan akan bertindak untuk membuat kita menyesalinya.

AKTIVITAS
1. Kakak pelayan menceritakan contoh cerita di atas, kemudian menjelaskan cerita tentang Yusuf.
2. Ajaklah anak layan untuk mewarnai gambar Yusuf dan saudara-saudaranya.
3. Dapat juga dipilihkan aktivitas lainnya, sesuai dengan konteks setempat.


Pdt Ny D Meijer-H , M. Th.

( SABDA BINA ANAK Kelas Anak Kecil edisi Januari-Pebruari 2005 )

e-SGK , 9 Pebruari 2005

MINGGU EPIPHANIA V
Hari Rabu, 9 Pebruari 2005

ALASAN UNTUK MEMBUNUH YESUS
Injil Yohanes 10 : 31 – 38

Perbedaan persepsi terhadap tradisi selalu saja membawa orang pada penilaian ekstrim : tidak benar dan benar. Dan, hal itu pun bergantung pada berbagai dimensi yang ikut mendukungnya, seperti : sistem dan banyaknya para pengikut. Jikalau seseorang mengatakan kebenaran, tetapi ia tidak mempunyai banyak pengikut dan berada di luar sistem, maka kebenarannya akan ditolak dan ia dinilai melanggar tradisi dan merusak sistem. Mereka dicap sebagai penjahat sosial. Dan, orang-orang seperti itu pantas dihukum entah dikucilkan, dibunuh dan sebagainya.

Yesus adalah salah satu di antara sekian banyak contoh yang pernah hidup di dunia. Dia menyatakan kebenaran Allah yang bertentangan dengan pandangan Yahudi pada masa-Nya. Penjelasan-Nya menyebabkan pengikut Agama Yahudi (sampai sekarang ini dan banyak ”orang lain” juga) tiba ke dalam kesimpulan, bahwa Dia menyejajarkan diri atau menjadikan diri-Nya sebagai Allah. Menurut orang Yahudi, pandangan seperti itu sesat dan menyesatkan (10:33). Itulah alasan membunuh Yesus.

Konteks sekarang ini. Peristiwa yang dialami Yesus masih saja berlangsung di dalam konteks, bukan hanya masyarakat, tetapi terutama di dalam Gereja. Banyak orang mewarisi tradisi yang benar dari Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Banyak Gereja pun memiliki ajaran yang mendasari tugas panggilan dan pengutusannya. ”Tiap-tiap Gereja membenarkan dan mempertahankan ajaran dari tradisi yang diterimanya sebagai warisan pendahulu. Hal itu baik dan benar. Namun sikap mempertahankan dan membenarkan tradisi telah menciptakan manusia yang tertutup terhadap perkembangan yang berlangsung di sekitarnya. Semestinya tradisi itu dimanfaatkan untuk memandang masa depan dalam kasih sayang Allah. Tradisi Gereja yang harus dipegang dan menjadi landasan kokoh untuk melangkah ke depan adalah :

1. Allah memanggil Abraham menjadi berkat bagi semua orang (bangsa-bangsa).
2. Allah telah menghadirkan Diri-Nya sendiri ke dalam persekutuan manusia melalui keturunan Abraham, yang bernama : Yesus Kristus.
3. Yesus Kristus adalah Tuhan dan Allah atas bangsa-bangsa dan Gereja
4. Yesus Kristus menghendaki umat-Nya (Gereja) bekerja membangun Kerajaan-Nya di dunia bukan dalam bentuk politis, tetapi dalam upaya menghadirkan ”shalom” (damai sejahtera, kebenaran dan sukacita) bagi manusia yang menderita.
5. Gereja adalah tanda kehadiran Kerajaan Allah di tengah dunia. Di dalam Gereja Allah melaksanakan dan menyelenggarakan pemerintahan-Nya atas manusia dan dunia. Oleh karena itu, Gereja menjadi proyek percontohan yang baik dan benar bagi dunia di sekitarnya.
6. Yesus Kristus mengutus umat-Nya untuk mencitakan kondisi, agar semua orang dapat ”menjadi murid-Nya” (Mat. 28:18-20) dalam persekutuan hidup bersama dan di dalam Allah.

Berpikir berdasarkan tradisi semacam itu harus mendorong orang Kristen untuk berkreasi tanpa harus disalahkan, sejauh ia tidak menolak dan menyangkal Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Dengan demikian Gereja, sebagai sistem pun, harus memberikan kesempatan kepada warganya menjadi saksi Kristus menurut kapasitas dan daya nalarnya terhadap tradisi alkitabiah. Hal itu pun harus membuka pemahaman Gereja sebagai sistem keagamaan untuk membantu warganya mengembangkan (memberdayakan) kemampuan teologisnya dalam upaya pelaksanaan misi. Dengan memahami hal semacam itu, Gereja tidak harus cepat-cepat memberikan cap ”tidak benar” atau ”sesat” kepada warganya.

Untuk memberikan penilaian bahwa seseorang ”menyesat-kan” maupun memberitakan ajaran sesat, seharusnya, dilakukan Gereja berdasarkan ukuran-ukuran Alkitab dan bukan menurut dogma Gereja. Sebab dogma Gereja (keputusan-keputusan Gereja sebagai sistem keagamaan) bersifat tertutup dari sudut pandangnya sendiri. Tetap Alkitab mengandung kebenaran dari pikiran Allah yang bersifat umum dan mutlak. Jika Gereja tidak melakukannya, maka apakah bedanya dengan orang-orang Parisi, Saduki, Ahli kitab dan Imam-Imam Yahudi pada masa Yesus ?

Masalah yang sekarang dihadapi Gereja dewasa ini adalah bagaimana melakukan upaya penafsiran ulang (reinterpretasi) dan perumusan kembali (reformulasi) atas tradisi alkitabiah untuk upaya reformasi (pembaruan dan pemulihan) dalam kehidupan Misi Gereja (dan Gereja Misi) di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk (termasuk lingkungan kekristenan yang oikoumenis). Selamat berdiskusi !

( SABDA GUNA KRIDA GPIB, Edisi 56 Januari-Pebruari 2005 )

Minggu Epiphania V , 06 Pebruari 2005

Minggu Epiphania V , 06 Pebruari 2005
Jadwal Ibadah sepekan
Minggu, 06 Pebruari 2005 : Matius 16 : 13 - 20
Senin, 07 Pebruari 2005 : Lukas 2 : 36 - 40
Hari libur kantor GPIB ‘Immanuel’ Probolinggo
Selasa, 08 Pebruari 2005 : Yohanes 10 : 22 - 30
Pk. 17.00 : Ibadah BPK PW di Gedung GPIB ‘Immanuel’ Probolinggo , d/a Jl. Suroyo 32 Probolinggo ( Lt : Ny. M Betty Tamijo ; PF : Dkn. Ny. P Tiominar Wibisono-Panggabean )
Rabu, 09 Pebruari 2005 : Yohanes 10 : 31 - 38
Pk. 19.00 :
Sektor I di Kel. Julius M Timbas, d/a (ditempatkan) di Perum Asabri 217 Probolinggo ( Lt : Ny. Diah Ulupi ; PF : Pnt. Kusudiharsono )
Sektor II di Kel. Hezkia Gea, d/a Jl. Mastrip I/2 Probolinggo ( Lt : Pnt. Ny. Yohana Suitela-Lilipaly ; PF : Pdt Yan P K Tacazily, S Th )
Sektor III di Kel. Marthen Sodak , d/a Jl S Parman 28c Probolinggo (Lt : Ny. Tien Susanna ; PF : Dkn. Yustinus A Bolangitan )
Kamis, 10 Pebruari 2005 : Yohanes 11 : 45 - 53
Pk. 16.00 : Persiapan Pelayan PA di Kantor GPIB ‘Immanuel’ Probolinggo , d/a Jl. Suroyo 32 Probolinggo
Pk. 18.00 : Persiapan Presbiter di Kantor GPIB ‘Immanuel’ Probolinggo , d/a Jl. Suroyo 32 Probolinggo ( dpo : Pdt Yan P K Tacazily, S Th )
Jumat, 11 Pebruari 2005 : Yohanes 12 ; 1 - 8
Sabtu, 12 Pebruari 2005 : Yohanes 12 : 20 - 36
Pk. 04.30 : Persekutuan Doa Subuh di Gedung GPIB , d/a Jl. Suroyo 32 Probolinggo ( PF : Pdt Yan P K Tacazily, S Th )
Pk. 18.00 : Ibadah BPK GP di Gedung GPIB, d/a Jl. Suroyo 32 Probolinggo ( Lt : Sdri. Whilma Senduk ; PF : Pdt Yan P K Tacazily, S Th )
Minggu, 13 Pebruari 2005
Pk. 08.00 :
PPA TK di Gedung PA : Ny. Puji A Widodo
PPA KK di Gedung PA : Sdri. Rebecca Suitela
PPA KT di Gedung PA : Ny. Yohana D Suitela
PPT Eka & Dwi di Gedung PT : Sdri Anna

Berdasarkan warta jemaat yg diedarkan pada Ibadah Minggu 06 Pebruari 2005

Wednesday, February 02, 2005

e-SGD , 6 Pebruari 2005

MINGGU EPIPHANIA V
Hari Minggu, 6 Pebruari 2005

GEREJA YANG MENGAKU
Injil Matius 16 : 13 – 20

Jemaat Kristus Yesus !

Perikop bacaan ini menceritakan percakapan pribadi antara Tuhan Yesus dengan murid-murid-Nya di daerah Kaisarea Pilipi (ay. 13). Menurut catatan Matius, percakapan ini berlangsung dalam perjalanan menuju Yerusalem, di mana Tuhan Yesus akan mengakhiri pelayanan-Nya di sana. Ia memilih tempat di luar wilayah Yahudi. Mungkin Dia ingin menghindari orang banyak. Memang banyak kesempatan yang dirasakan murid-murid-Nya dengan Gurunya, tetapi kemesraan hubungan itu perlu dibina terus menerus, supaya murid-murid dapat melanjutkan misi sang Guru.

Tuhan Yesus mengambil kesempatan bercakap dengan murid-murid, agar ia dapat mengetahui pemahaman mereka tentang diri-Nya. Yesus bertanya : “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu ?” Pertanyaan itu sengaja dikemukakan sehubungan ada banyak pandangan tentang hal “Anak Manusia” dalam tradisi agama Israel. Banyak berbicara dan menanggapi kehadiran Tuhan Yesus secara berbeda : Yohanes Pembaptis, Elia, Yeremia dan salah satu di antara para nabi (ay. 14). Pada prinsipnya, orang Yahudi pada saat itu beranggapan, bahwa Yesus adalah salah seorang di antara nazir yang memiliki kekuatan Allah. Bukankah Yesus berasal dari Nazareth, kota orang-orang Nazir ?

Ketika pertanyaan itu diajukan Yesus kembali, Simon alias Petrus menjawab : “Engkaulah Mesiah Anak Allah yang hidup” (ay. 16). Petrus tidak pernah dapat mengatakan hal itu, jikalau ia tidak diilhami kuasa Roh Allah sendiri. Allah memakai mulut Petrus menyatakan kebenaran-Nya, seperti yang dilakukan-Nya atas orang-orang yang bersama Yesus di dalam perahu di danau : “Sesungguhnya Engkau Anak Allah” (Mt 14:33 : bd. 5:22 pengakuan perempuan Kanaan). Pengilhaman Allah yang bergema dari ucapan Petrus tentang identitas Yesus itulah yang menjadi landasan dari maksud dan rencana Allah di dalam sejarah.

Rencana dan maksud Allah itu adalah pembangunan Kerajaan Allah di atas dasar Injil Yesus Kristus. Itulah sebabnya Dia mengatakan :”Di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku” (ay. 18). Sejak dahulu Gereja-gereja Protestan menerima pengakuan Petrus dan sekaligus pernyataan Yesus tentang batu karang tidak menunjuk pada suksesi kepemimpinan Gereja di bawah Simon Petrus. Gereja-gereja Protestan menerima pemikiran Agustinus dan Luther yang menunjuk pada Yesus Kristus sebagai dasar dari Gereja, batu karang (Yun. Petros) yang dimaksudkan Yesus.

Selanjutnya Yesus dimaksudkan, bahwa seluruh ajaran yang diberitakannya harus menjadi landasan kuat bagi pembangunan jemaat-Nya (Mt. 7:24-27; bd. I Kor. 3:11). Namun jika hal itu dikaitkan dengan Petrus (Aram: Kephas=Simon), maka pemahaman tersebut meneruskan gagasan bahwa melalui pekerjaan Petrus dan murid-murid lainnya Misi Kristus akan dilanjutkan (bd. Epes. 2 : 20-21 ; pemberian karunia jabatan oleh Yesus Kristus dalam Epes. 4:11). Jadi bukan karena pekerjaan Petrus dan murid-murid Gereja maka pembangunan Gereja semakin bertumbuh; melainkan Petrus dan para murid ditunjuk (to be appointed) oleh Yesus untuk memelihara dan melanjutkan hasil pekerjaan yang sudah dikerjakan Gurunya itu. Meskipun demikian ucapan itu dipahami juga dalam kerangka kepemimpinan Simin Petrus di dalam gereja. Mungkin itu pula yang dimaksudkan dengan ”prime minister” di kalangan rasul-rasul menurut pemberitaan Lukas (dalam Kitab Rasul-Rasul lih. Kis. 10:44 dst; Gal. 2:7).
Menarik sekali untuk memahami ucapan Yesus tentang ”jemaat” (Yun. ekklesia, Lat. ecclesia – ay. 18). Tradisi sebelum Yesus (yang ditemukan di dalam Gua Qumran) menyatakan, bahwa istilah ”ecclesia” itu digunakan untuk menunjuk dan menggantikan istilah ibrani : ”qahal”, yang berarti umat atau jemaat Allah sebagaimana yang terkandung juga dalam tradisi asli di sekitar exodus (Pembebasan dari Mesir). Yesus menggunakan istilah itu untuk menetralisasikan (mengalihbahasakan) gagasan tentang ”sisa Israel” dalam Perjanjian Lama. Gereja adalah sisa Israel yang diselamatkan Allah di dalam pengakuan iman melalui karya Yesus Kristus. Hal itu berarti bahwa Gereja adalah persekutuan orang-orang yang menerima perjanjian keselamatan yang dikerjakan Allah di dalam Yesus Kristus. Gereja adalah umat yang melanjutkan persekutuan perjanjian yang dahulu ada di dalam Perjanjian Lama.

Sehubungan dengan pembangunan (perihal mendirikan) Gereja (baca:jemaat-Ku), Yesus menegaskan, bahwa alam maut tidak dapat membinasakannya. Maksudnya, kekuatan kuasa maut tidak dapat menghancurkan pekerjaan Yesus Kristus. Jemaat Yesus Kristus akan terus hidup bertumbuh dan berkembang sekalipun orang-orang percaya dibunuh secara martir. Kematian orang-orang percaya atas kehendak masyarakat dan penguasa tidak dapat menghancurkan pekerjaan Yesus Kristus. Itulah juga yang dimaksudkan dengan ”Allah yang hidup”. Artinya kekuatan Allah yang hidup itu akan terus menyertai Gereja sepanjang sejarahnya. Dia adalah Allah Pemenang, sebab itu Gereja yang ada di dalam persekutuan dengan Allah adalah orang-orang yang menang. Maut tidak dapat merusakkan Gereja, sebab Allah yang hidup sendirilah Pelindungnya.

Siapapun yang mengakui Yesus Kristus : Anak Allah, ia dihubungkan kepada persekutuan dengan Petrus (batu karang) yang menjadi dasar Gereja, yakni : Yesus Kristus. Dia milik Allah dari umat yang menerima perjanjian keselamatan.

( SABDA GUNA DHARMA, Edisi 88 Januari – Pebruari 2005 )