GPIB jemaat "IMMANUEL" di Probolinggo

62 335 421357 // 431237 , Rayon-B , Regio-II , BP Mupel Jatim ................................................................................................................. Tema (2006 - 2011) : Mempersiapkan Masa Depan Bangsa yang Damai dengan Sikap Tulus dan Jujur (Mazmur 37 : 37) ..................... Sub-tema (2006 - 2007) : Membangun Masa Depan dengan Semangat Perdamaian dan Pemulihan dalam Yesus Kristus (Roma 15 : 7)

Tuesday, January 11, 2005

e-SGK , 12 Januari 2005

MINGGU EPIPHANIA I
Hari Rabu, 12 Januari 2005

UTUSAN YANG DITOLAK
Injil Lukas 4 : 20 – 30


Perikop bacaan ini menceritakan aktivitas Yesus setelah Ia dibabtis Yohanes, kembali dari padang gurun setelah dicobai iblis, dan memulai pelayanan-Nya dari daerah Utara, yakni : Nazaret (ay. 16), kota dimana Yesus dibesarkan kedua orang tua-Nya : Yusuf dan Maria
Ay. 20 Setelah selesai membacakan naskah Kitab Yesaya 61 : 1-2 Yesus menyerahkan gulungan kitab itu kepada pejabat ( Yun. hupereto = pelayan yang bekerja di Bait Allah, dapat juga disebut pemimpin umat dalam Sinagoge Yahudi atau “chapel-clerk” yang digaji; ay. 20).
Ia duduk. Yesus tidak mengajar sambil berdiri, tetapi duduk di antara para pendengar-Nya. Hal itu menunjukkan sikap-Nya yang ingin mendekatkan diri. Ia tidak berdiri di mimbar, tetapi berada bersama-sama dengan pendengar-Nya.
Ay. 21 ”Ia mulai mengajar”. Lukas menggunakan kalimat itu bukan menunjuk pada kegiatan mengajar yang dilakukan Yesus. Sebelumnya Yesus sudah mengajar (ay. 15). Penggunaan kalimat ”mulai mengajar” menunjuk pada pengertian tentang penekanan terhadap apa yang dibacakan dari Kitab Yesaya (61 : 1 – 2). Ia menekankan makna pemberitaan nabi Yesaya terkait dengan maksud kehadiran-Nya. Benarlah kalimat berikutnya ini : ”hari ini genaplah nas ini” (ay. 21). Dengan demikian, kehadiran Yesus itu bertujuan menggenapi nubuat nabi Yesaya secara khusus, dan apa yang difirmankan di dalam perjanjian Lama
Ay. 22 ”Mereka membenarkan. Lukas bertujuan menuliskan reaksi dari para pendengar tentang Yesus. Kabar tentang Yesus sudah tersiar ke seluruh daerah (ay. 14), dan ”mereka (para pendengar yang melihat hal itu) membenarkan” laporan tersebut.
Kata-kata yang indah” (NIV Bible : at the gracious words), bukan dimaksudkan ucapan-ucapan-Nya bagaikan seorang pujangga, tetapi Lukas melaporkan, bahwa ucapan Yesus tegas dan berisikan kebenaran Allah, seperti yang difirmankan Yesaya. Hal itulah yang menimbulkan kekaguman pendengar-Nya, padahal Dia anak seorang tukang kayu yang kurang memiliki pengetahuan tentang Torah (menurut pendengar-Nya pada waktu itu).
Ay. 23 Melihat reaksi pendengar, Yesus meneruskan penuturan-Nya dengan mengingatkan mereka tentang ”pepatah” (= perumpamaan) – ”sembuhkanlah diri-Mu sendiri”. Yesus memahami dan mengerti apa yang pendengar-Nya pikirkan. Mereka ingin menyindir Yesus. Mereka sudah mendengar berita tentang mujizat yang dilakukannya di Kapernaum, sebab itu, mereka minta Yesus dapat malakukan hal yang sama di Nazaret. Yesus malah tidak melakukannya. Justru, sebaliknya, Dia menanggapi kegelisahan yang ada di pikiran pendengarnya dengan berkata :
Ay. 24sesungguhnya tidak ada nabi dihargai di tempat asalnya”.
Ay. 25 Yesus memakai tradisi Elia pada masa Raja Raja Israel sebagai contoh. Tujuannya untuk mengingatkan pemimpin Yahudi tentang perlakuan atau sikap mereka terhadap utusan-utusan Allah

PEMAHAMAN TEOLOGIS

Pemunculan Yesus Kristus dalam kehidupan sosial dan keagamaan Yahudi cukup membuat pemuka agamanya resah. Hal itu disebabkan banyak rakyat biasa berpihak dan mengikuti Yesus untuk mendengarkan pengajaran dan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Akan tetapi Yesus Kristus mengenal hati orang banyak itu. Mereka hanya mengikuti-Nya, ketika kebutuhannya belum terpuaskan atau permintaannya belum dijawab-Nya. Mereka mengikuti-Nya, karena ingin melihat mujizat yang dilakukan-Nya. Hati mereka tidak mengasihi-Nya (bd. ay. 28-29)
Itulah sebabnya Yesus menggunakan tradisi (cerita lisan maupun tulisan) tentang sejarah pengutusan nabi-nabi pada masa Perjanjian Lama tentang Nabi Elia dalam zaman pemerintahan Raja Ahab ( I Rj. 17 – II Rj. 2). Pada masa itu orang Israel menyembah Baal. Raja Ahab pun mengikuti kemauan permaisurinya, Izebel, sehingga ia berbuat jahat dengan merampok kebun anggur Nabot (I Rj. 21 : 25 – 26). Ahab berencana membunuh Elia, seperti ia membunuh para nabi Allah lainnya (I Rj. 19 : 1 dst)
Bagi orang Yahudi pada saat itu, ucapan Yesus telah melukai hati mereka. Yesus mengingatkan mereka tentang nota hitam dalam sejarah keagamaannya, bahwa pada satu waktu tertentu Israel telah memberontak kepada Allah dan membunuh utusan-utusan-Nya. Hal itupun dapat saja terjadi atas Yesus Kristus sendiri. Itulah latar belakang mengapa pemuka Yahudi pada saat Yesus mengajar di bait Allah di Nazaret menjadi marah.
Catatan tersebut memunculkan pemahaman teologis, yakni : pertentangan orang Yahudi dengan Yesus berlangsung sengit di sekitar tradisi yang digunakan Yesus dari sumber-sumber Perjanjian Lama. Ayat-ayat terdahulu memperlihatkan Yesus mengutip nubuat Yesaya (61 : 1 – 2) lalu mengkaitkan pada diri-Nya. Padahal orang-orang Yahudi menganggapnya anak tukang kayu yang tidak mengetahui sesuatupun tentang tradisi keagamaan bangsa-Nya. Mereka tidak mengenal siapa dan dari manakah asal Yesus (yang sesungguhnya). Mereka hanya melihat dari kehidupannya sehari-hari.
Kebiasaan seperti itupun dibuat banyak orang sekarang ini terhadap Yesus. Mereka belum mengenal siapakah Yesus yang sesungguhnya, tetapi mereka memikirkan dan mengomentari Yesus secara tidak benar.
Panggilan dan tugas Allah yang diberikan kepada Gereja dan warganya adalah menyaksikan tentang Yesus. Hal itu tentu saja akan membawa resiko berat. Sudah barang tentu Gereja dan warganya ditolak masyarakat. Gereja tidak perlu takut, sebab hal itupun sudah dialami oleh Tuhannya. Gereja tidak boleh berdiam diri, tetapi harus semakin tekun memberitakan Yesus yang tersalib bagi keselamatan manusia.

BAHAN UNTUK DIDISKUSIKAN

Pada saat sekarang ini maupun masa-masa yang akan datang Gereja dan orang Kristen akan menghadapi kesusahan besar, sebab mereka memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus. Hambatan itu dirasakan dan dialami, ketika Gereja berusaha membangun rumah-rumah ibadah. Penolakan semacam itu berlangsung di semua tempat, bukan hanya dilakukan orang-orang yang tidak menyukai pertumbuhan dan perkembangan Injil Kristus, tetapi mereka juga menyusun aturan-aturan yang dapat membuka kemungkinan bagi pengadaan sarana pisik pelayanan-kesaksian Gereja. Masalahnya adalah : apakah sesungguhnya makna gedung gereja itu ? Apakah memang orang Kristen harus beribadah di dalam Gedung Gereja ? Apakah memang benar Yesus Kristus ada di dalam Gedung Gereja ataukah Ia hadir dalam persekutuan ibadah orang percaya ? Apakah makna penolakan terhadap Kristus dalam kehidupan pelayanan-kesaksian Gereja dan orang Kristen sekarang ini ?

( SABDA GUNA KRIDA GPIB, Edisi 56 Januari-Pebruari 2005 )