GPIB jemaat "IMMANUEL" di Probolinggo

62 335 421357 // 431237 , Rayon-B , Regio-II , BP Mupel Jatim ................................................................................................................. Tema (2006 - 2011) : Mempersiapkan Masa Depan Bangsa yang Damai dengan Sikap Tulus dan Jujur (Mazmur 37 : 37) ..................... Sub-tema (2006 - 2007) : Membangun Masa Depan dengan Semangat Perdamaian dan Pemulihan dalam Yesus Kristus (Roma 15 : 7)

Monday, January 31, 2005

e-SGK , 2 Pebruari 2005

MINGGU EPIPHANIA IV
Hari Rabu, 2 Pebruari 2005

YESUS KRISTUS ITU ALLAH
Injil Yohanes 8 : 37 – 47


Tradisi dapat saja baik tetapi juga dapat menjadi tidak baik. Hal itu tergantung dari sikap dan pemahaman orang yang menerima warisan tradisi tersebut. Jikalau tradisi itu digunakan dalam hubungan dengan penafsiran dan perumusan ulang (reinterpretasi dan reformulasi) konteks masa lalu ke dalam konteksnya yang baru, maka tradisi itu akan bermanfaat mendorong dan merintis pembukaan wawasan manusia terhadap kehendak Allah di dalam kurun waktunya. Namun jikalau tradisi itu diterima tanpa mengadaptasikannya dalam konteks yang sedang berlaku, maka ia akan menjadi batu sandungan bagi siapapun yang ingin menerima Yesus Kristus

Hal ini dialami Yesus Kristus ketika Dia berhadapan dengan orang Yahudi dalam kurun waktu itu. Persoalannya adalah pemahaman orang Yahudi tentang Yesus Kristus. Siapakah Yesus Kristus menurut orang Yahudi ? Pertentangan tentang kepribadian Yesus itu berlangsung sengit di antara kaum Yahudi. Pertanyaan Yesus mengandung inti persoalan : Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku ? (ay. 43) Mengapakah engkau tidak percaya kepada-Ku ? (ay. 46b)

Memang ada perbedaan pemahaman di antara Yesus dan orang Yahudi tentang kebenaran. Orang Yahudi mengartikan kebenaran itu bertolak dari pernyataan Allah di dalam tradisi Perjanjian Lama sejak zaman Abraham sampai sebelum masa kedatangan Yesus. Salah satu tradisi itu, khususnya di dalam nubuat para nabi, adalah penantian Israel akan kedatangan Raja Mesiah yang akan membangun kembali Kerajaan Daud. Raja Mesiah itu berasal dari garis keturunan Abraham, Ishak, Yakub dan Daud (bd. Mat. 1:1-17). Itulah keyakinan Israel.

Berangkat dari pemahaman seperti itu Yesus pun menegaskan pendapat-Nya tentang diri-Nya. Dia berasal dari keturunan Abraham, warga Negara Israel, anak dari Yusuf dan Maria, yang adalah keturunan Daud (bd. Mat. 1:16). Perbedaan pandangan-Nya dengan orang Yahudi terpusat pada misi yang sedang diembani-Nya. Yesus tidak bertujuan membangun Kerajaan Israel (Daud) secara politis seperti yang dipikirkan orang Yahudi (sebab mereka sedang dijajah kekaisaran Roma). Menurut Yesus, Dia melakukan pekerjaan Allah Bapa yang mengutus-Nya, yakni : melaksanakan rencana penyelamatan. Membangun kerajaan Allah di atas bumi ciptaan-Nya, itulah tugas Yesus. Dan, kerajaan Allah itu tidak bersifat politis, melainkan spiritual.

Dalam hal ini Yesus menafsirkan ulang (reinterpretasi) merumuskan ulang (reformulasi) panggilan dan pengutusan Abraham sesungguhnya, yakni : olehmu semua kaum di muka bumi mendapat berkat (Kej. 12:3). Berkat Allah, menurut Yesus, bukan hanya berkaitan dengan dunia politis, tetapi berkat itu diberikan ke atas hidup manusia (yang berpolitik). Mengalir dari pemahaman itu Yesus menyatakan, bahwa Dia melakukan kehendak Allah. Dia memberitahukan kebenaran Allah; yaitu, Israel harus menjadi berkat bagi bangsa-bangsa, bukan membangun suatu kerajaan Allah yang bersifat politis di atas bumi. Jadi, karena Yesus menyatakan kehendak Allah, hal itu berarti Dia mengenal dan mengetahui pikiran Allah. Bukan hanya itu, Dialah Allah yang datang dalam rupa dan wujud manusia untuk maksud dan rencana penyelamatan. Dalam hal seperti itu, kerajaan Allah, menurut Yesus, adalah pemerintahan yang dilakukan Allah yang bercirikan ”shalom” (Paulus mengidentifikasikan Kerajaan Allah itu sebagai : damai sejahtera, kebenaran dan sukacita – bd. Rom. Roma 14:17).

Berkat Allah itu adalah keselamatan bagi hidup manusia dalam persekutuan dengan Allah, Penciptanya. Berdasarkan hal itu pula Yesus melakukan pembaharuan kembali (reformasi) akar-akar keyakinan Yahudi, agar mereka dapat memahami panggilan dan pengutusan Abraham dalam konteksnya pada waktu itu. Israel dipanggil dan diutus menjadi berkat di tengah bangsa-bangsa. Disebabkan ketegaran hati dan kekerasan pikiran yang bersifat tradisional itu, orang Yahudi (pada masa Yesus) menolak pandangan-Nya. Itulah sebabnya Yesus mengatakan :”Iblislah yang menjadi bapamu” (ay.43).

Persoalannya dengan Gereja dan orang Kristen saat ini adalah: apakah gagasan yang mendorong bagi pelaksanaan dan penyelenggaraan misi Gereja dan tugas orang Kristen dalam masyarakat. Apakah Gereja dipanggil untuk membangun sebuah kerajaan Allah yang bersifat politis seperti yang dilakukan Gereja pada abad pertengahan ? Apakah tujuan Gereja untuk memberitakan Injil agar orang-orang menjadi Kristen ? Apakah reinterpretasi dan reformulasi Gereja atas pemberitaan Yohanes ini, supaya reformasi (pembaharuan dan pemulihan) Allah dapat berlangsung dalam damai sejahtera atas bangsa ini ?

( SABDA GUNA KRIDA GPIB, Edisi 56 Januari-Pebruari 2005 )