GPIB jemaat "IMMANUEL" di Probolinggo

62 335 421357 // 431237 , Rayon-B , Regio-II , BP Mupel Jatim ................................................................................................................. Tema (2006 - 2011) : Mempersiapkan Masa Depan Bangsa yang Damai dengan Sikap Tulus dan Jujur (Mazmur 37 : 37) ..................... Sub-tema (2006 - 2007) : Membangun Masa Depan dengan Semangat Perdamaian dan Pemulihan dalam Yesus Kristus (Roma 15 : 7)

Sunday, February 20, 2005

e-SBA KAKc , 27 Pebruari 2005

09 Minggu, 27 PEBRUARI 2005

POKOK UTAMA : YESUS dari Nazaret adalah Allah Yang Sejati dan Manusia Yang Sejati.
TUJUAN KURIKULER : Menjelaskan kepada warga jemaat dan pembaca bahwa dalam diri Yesus dari Nazaret, Allah menyatu dengan manusia berdosa.
POKOK BAHASAN : Di dalam dan melalui YESUS dari Nazaret, Allah telah datang ke dunia untuk membebaskan manusia dari kuasa dosa dan memberi kepada manusia hidup baru bersama Allah.
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM : Agar warga jemaat dan pembaca memahami dan mengimani bahwa Yesus adalah Tuhan yang datang ke dunia untuk memberi kehidupan baru bagi manusia, yaitu kehidupan bersama Allah.
SUB POKOK BAHASAN : Hamba Tuhan Yang Menderita


Bahan Alkitab : AYUB 3 : 1 - 14
Tujuan Pembelajaran Khusus : Agar anak dapat :
1. Menceritakan ulang cerita pengalaman Ayub dicobai oleh iblis atas ijin Tuhan;
2. Menceritakan bagaimana Ayub mengungkapkan kesedihan dan kekecewaannya atas peristiwa yang ia alami;
3. Menjelaskan hubungan antara kisah Ayub dan pengalaman hidup mereka sehari-hari.

MATERI PELAJARAN
KONTEKS
Kita tidak tahu siapa yang menulis kitab Ayub dan kapan kitab Ayub ditulis. Sebab kitab Ayub tidak mencantumkan nama penulisnya. Juga tidak ada informasi kapan kitab Ayub ditulis. Ada pendapat yang mengatakan bahwa Ayub sendiri yang menulis kitab Ayub setelah semua peristiwa yang ia alami berlalu. Ayub hidup sekitar tahun 2000 sebelum masehi. Jadi kitab Ayub ditulis sekitar tahun 2000 sebelum masehi. Pendapat yang lain mengatakan, kitab Ayub ditulis sekitar tahun 900 – 950 sebelum masehi, yaitu pada masa atau tidak lama setelah raja Salomo memerintah sebagai raja di Israel. Sebab bentuk sastra dan gaya penulisannya mirip dengan kitab-kitab sastra hikmat pada masa itu. Pendapat yang lain lagi mengatakan, kitab Ayub ditulis sekitar tahun 586 – 538 sebelum masehi, yaitu setelah orang-orang Yehuda dibuang ke Babel. Sebab pada masa itu, orang-orang Yehuda, umat Tuhan, sedang mencari jawaban teologis dari bencana yang sedang mereka alami.
Yang jelas, kitab Ayub ditulis untuk memberikan jawaban atas persoalan yang sedng terjadi pada waktu. Waktu itu, orang selalu bertanya-tanya, Mengapa Tuhan yang Maha Pengasih membiarkan orang benar, orang yang hidup takut akan Tuhan hidup mederita, bahkan membiarkan mereka mengalami penderitaan yang paling hebat ? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis kitab Ayub menyampaikan sebuah cerita tentang pergumulan seorang tokoh bernama Ayub. Cerita itu disampaikan dalam sistematika sebagai berikut : Pertama, PROLOG yang menceritakan tentang Ayub dan musibah yang dialaminya (Pasal 1 – 2). Kedua, tiga buah DIALOG yang terjadi antara Ayub dengan ketiga sahabatnya, Elifas, Bildad, dan Zofar (Pasal 4 – 31). Ketiga, empat buah MONOLOG dari Elihu, sahabat Ayub yang usianya paling muda (Pasal 32 – 37). Keempat, jawaban Tuhan kepada Ayub dan jawaban Ayub kepada Tuhan (Pasal 38:1 – 42:6). Kelima, EPILOG yang menceritakan tentang pemulihan Ayub (Pasal 42:7-17).
Ayub 14:1-22 merupakan bagian dari dialog yang pertama antara Ayub dengan ketiga sahabatnya (Pasal 4 - 14). Dialog itu dimulai dengan pendapat yang disampaikan Elifas tentang penderitaan Ayub (Pasal 4 – 5) dan dilanjutkan dengan tanggapan Ayub atas pendapat Bildad (Pasal 9 – 10). Kemudian pendapat yang disampaikan Zofar tentang penderitaan Ayub (Pasal 11) dan tanggapan Ayub atas pendapat Zofar (Pasal 12 – 14).
Ayub pasal 4 – 31 berisikan tiga buah dialog diantara Ayub dan ketiga sahabatnya (Elifas, Bildad, dan Zofar) tentang musibah yang Ayub alami. Dialog itu diawali dengan sebuah keluhan dari Ayub tentang musibah yang ia alami (3:1-26). Ayub 3:1-14 adalah bagian dari cerita tentang keluhan Ayub ditengah musibah yang ia alami.

PENJELASAN TEKS
Ayat 1 - 2
Ternyata Ayub tidak sanggup untuk memikul seorang diri beban penderitaan yang ditimpakan kepadanya. Sebab beban penderitaan itu sangat berat dan Ayub harus memikulnya seorang diri (bandingkan Ayub 1:9-11).
Ayat 3 - 14
Ayat-ayat ini berisikan jeritan tangisan Ayub di tengah penderitaan yang harus ia alami dan jalani seorang diri. Biasanya orang mensyukuri hari kelahirannya. Tetapi Ayub di dalam penderitaannya yang harus ia alami, mengutuki hari kelahirannya. Semoga hari itu tidak lagi diingat (ayat 3). Semoga hari itu menjadi hari yang sangat gelap (ayat 4-6). Ayub menyesali mengapa dirinya tidak mati saat ia dilahirkan ke dunia? (ayat 11, 13-14). Mengapa ia dipeluk dan disusui ibunya saat dilahirkan? (ayat 12).

PEMAHAMAN TEOLOGI
Sekalipun Ayub adalah seorang hamba Tuhan, Ayub juga adalah seorang manusia. Sebagai seorang manusia, Ayub terbukti tidak mampu menanggung penderitaan yang ditimpakan kepadanya. Ayub mengutuki hari kelahirannya, tetapi Ayub tidak pernah mengutuki Tuhan. Ayub adalah gambaran dari Yesus. Sebagai seorang anak manusia, Yesuspun tidak mampu menanggung penderitaan yang ditimpakan kepada-Nya. Di atas kayu salib Yesus berteriak. ”Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku”. Tetapi Yesus tidak pernah menyalahkan Bapa-Nya untuk penderitaan yang ditimpakan kepada-Nya

PENERAPAN
Ada saat dimana anak-anak mengalami kesulitan, dan menyebabkan mereka sedih, kecewa bahkan marah. Hal-hal tersebut sangat manusiawi, persoalannya kini bagaimana anak layan diarahkan untuk mengalami dan meyakini bahwa Allah terkadang mengijinkan kita bergumul untuk menguji iman, ketaatan dan kesetiaan kita kepada-Nya

CONTOH CERITA
Anak layan diminta untuk menceritakan ulang kisah Ayub minggu yang lalu. Kamudian kakak pelayan menjelaskan bagaimana reaksi Ayub ketika menerima cobaan tersebut. Ayub juga manusia biasa yang dapat menjadi sedih, putus asa, kecewa, bahkan marah atas cobaan yang ia terima. Tetapi tidak sampai di situ saja. Pada akhirnya Ayub mengalami bagaimana Tuhan mengasihani dia dan mengembalikan seluruh harta miliknya, karena Ayub didapati tetap setia dan taat. Allah tidak akan membiarkan anak-anak-Nya dicobai melampaui kekuatan mereka. Ia akan menolong dan melepaskan kita, asalkan kita hidup dalam ketaatan dan kesetiaan kepada-Nya.

AKTIVITAS
1. Mintalah seorang anak yang telah dapat membaca untuk membacakan Ayub 3 : 1 – 14 ini seperti membacakan puisi
2. Anak layan diberikan kesempatan untuk berbagi cerita tentang pengalaman mereka merasa sedih, kecewa, marah dsb.
3. Mintalah mereka untuk mendoakan orang-orang yang telah menyusahkan hati mereka.
4. Pilihlah aktivitas lainnya jika memungkinkan dan disesuaikan dengan kondisi setempat..


Pdt Ny D Meijer-H , M. Th.
( SABDA BINA ANAK Kelas Anak Kecil edisi Januari-Pebruari 2005 )