GPIB jemaat "IMMANUEL" di Probolinggo

62 335 421357 // 431237 , Rayon-B , Regio-II , BP Mupel Jatim ................................................................................................................. Tema (2006 - 2011) : Mempersiapkan Masa Depan Bangsa yang Damai dengan Sikap Tulus dan Jujur (Mazmur 37 : 37) ..................... Sub-tema (2006 - 2007) : Membangun Masa Depan dengan Semangat Perdamaian dan Pemulihan dalam Yesus Kristus (Roma 15 : 7)

Monday, February 14, 2005

e-SGK , 16 Pebruari 2005

MINGGU PRA PASKAH I
Hari Rabu, 16 Pebruari 2005

PEMBERITAAN TUHAN DALAM PENCOBAAN
Kitab Kejadian 39 : 1 – 23


Pengalaman Yusuf adalah sebuah kebiasaan yang selalu dilakukan siapapun terhadap sesamanya meskipun dalam bentuk yang berbeda. Yusuf dijual saudara-saudaranya. Ia dijadikan pembantu rumah tangga di rumah Potifar. Ia dicintai isteri Potifar dan akhirnya menjadi korban fitnahan, disebabkan tujuan sang isteri tidak tercapai. Fitnah merupakan pembunuhan psikologis terhadap siapapun. Fitnah dapat mematikan kehidupan orang lain, sama seperti itu pula keputusan yang salah atas diri seseorang yang melakukan kebenaran dapat mematikan orang itu. Allah itu benar dalam penilaian-Nya. Ia menilai orang bukan saja menurut apa yang kelihatan, tetapi juga terhadap apa yang tersembunyi dalam hati dan pikiran manusia (motivasi perbuatan).

Yusuf difitnah isteri Potifar (ay. 14-18), sebab ia tidak menuruti keinginannya (ay. 10-12). Akibat fitnahan itu Yusuf harus berhubungan dengan tuduhan melakukan perbuatan kriminal terhadap isteri pejabat Negara. Ia dihukum kurungan penjara (ay. 20 – tidak disebutkan berapa tahun). Bagi Yusuf, adalah lebih baik menerima hukuman itu ketimbang melakukan perbuatan nista di hadapan mata Allah. Ia lebih setia kepada Allah, sekalipun untuk mempertahankan kesetiaannya, Yusuf harus berkorban diri.

Allah memperhatikan kesetiaan Yusuf. Dia menyertai Yusuf (ay. 21). Kesetiaan Yusuf kepada Allah sajalah yang membuat dia dapat bertahan menghadapi masalah. Allah membuat Yusuf menjadi kesayangan sesamanya, termasuk kepala penjara (ay. 21). Malahan Allah memberikan kesempatan kepadaYusuf untuk nelakukan pekerjaan-pekerjaan selama waktu penahanannya. Jadi kebaikan hati kepala penjara itu bukan disebabkan karena Yusuf, tetapi karena Allah menjadikan Yusuf terbaik di antara yang lain. Kesetiaan kepada Allah selalu membuahkan hasil yang cemerlang, sekalipun di dalam penderitaan.

Pada saat sekarang ini orang selalu menggunakan kesempatan untuk mencapai cita-citanya, meskipun cara-caranya tidak benar dan tidak susila. Allah tidak menghendaki hal itu dilakukan orang Kristen. Dia menghendaki kesetiaan dan kasih kepada-Nya. Dia menghendaki orang Kristen setia memberlakukan firman-Nya, walaupun mereka harus menderita. Jika orang Kristen menderita karena melakukan kehendak Allah, maka Dia pasti memberikan jalan keluar dan kekuatan untuk menanggung derita itu (I Kor. 10:13). Persoalannya : apakah kita bersedia menanggung derita bagi Allah ? Bukankah kita selalu ingin menghindari kesengsaraan dengan menempuh jalan pintas tanpa menurut kemauan-Nya ?

( SABDA GUNA KRIDA GPIB, Edisi 56 Januari-Pebruari 2005 )