GPIB jemaat "IMMANUEL" di Probolinggo

62 335 421357 // 431237 , Rayon-B , Regio-II , BP Mupel Jatim ................................................................................................................. Tema (2006 - 2011) : Mempersiapkan Masa Depan Bangsa yang Damai dengan Sikap Tulus dan Jujur (Mazmur 37 : 37) ..................... Sub-tema (2006 - 2007) : Membangun Masa Depan dengan Semangat Perdamaian dan Pemulihan dalam Yesus Kristus (Roma 15 : 7)

Sunday, February 20, 2005

e-SGK , 23 Pebruari 2005

MINGGU PRA PASKAH II
Hari Rabu, 23 Pebruari 2005

TUHAN MENJAMIN HIDUP CIPTAANNYA
Kitab Ayub 17 : 1 – 10

Masih tentang penderitaan berkaitan dengan pemeliharaan Tuhan. Sangatlah manusiawi jika orang yang ketiban kesengsaraan mengeluh. Sangat manusiawi juga bila orang sengsara frustrasi dan putus asa, sebab segala usaha yang dilakukan untuk dapat keluar dari masalahnya mengalami kegagalan

Ayub, seorang saudagar kaya, tiba-tiba jatuh miskin. Menurut si pencerita, iblis diijinkan Allah untuk mencobai Ayub (lihat pasal 1-2). Tubuhnya mengidap penyakit ganas (torak, mungkinkah itu lepra/kusta ?). Seluruh miliknya ludes dan keluarganya berantakan; malahan sahabat-sahabatnya pun menghinanya. Tidak seorang pun menolong Ayub di dalam kesengsaraan hidupnya. Dalam pikiran manusia, mengapakah orang sebaik Ayub harus menderita karena kejahatan yang tidak dilakukannya? (bd. 17:18).

Satu hal yang dapat dipelajari dari Ayub adalah sikap hatinya yang setia kepada Allah dalam masa sengsara (2:10). Ia tidak menyalahkan Allah karena penderitaannya. Sudah wajar, jika Ayub mempertanyakan tujuan Allah dalam hidupnya. Sudah wajar pula jika ia mengeluh kepada Allah. Ayub tetap yakin, bahwa Allah tetap menyertainya. Malahan dengan nada permohonan, Ayub menyatakan : ”Biarlah Engkau menjadi jaminanku bagi diri-Mu sendiri” (17:3a). Dia pun percaya bahwa Allah berpihak kepadanya (19:27). Keyakinan yang teguh itu menguatkan Ayub, sekalipun sanubarinya (hati) nelangsa (gundah).

Dalam minggu Pra Paskah kita diajak untuk memahami makna penderitaan bagi kemuliaan Allah. Ada dua jenis penderitaan yang dialami manusia. Pertama, penderitaan itu disebabkan ulah sendiri; kedua, penderitaan yang dialami sebagai ujian Allah dalam kehidupan iman orang Kristen.

Dua hal itulah yang dimaksudkan. Pertama, jikalau kita menderita akibat ulah sendiri, maka hal itu harus menyadarkan hidup kita untuk memasuki pertobatan hidup di hadapan Allah dan sesama. Pertobatan kepada Allah, dalam arti sesungguhnya, dapat membawa kita ke dalam pengampunan untuk menerima belas kasihan-Nya. Pertobatan itu memungkinkan kita menikmati kebebasan. Persoalannya : apakah kita memahami penderitaan itu sebagai ulahnya sendiri ? Apakah kita mau meninggalkan sikap hati yang membuat ia terjerumus ke dalam derita ?

Kedua, jikalau TUHAN menghendaki kita menderita, maka kita harus memikulnya sambil memohonkan pertolongan-Nya. Yesus Kristus sendiri berdoa : Ya Bapa-Ku jikalau cawan minuman ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu” (Mat. 28:26). Dan ketika Yesus Kristus memasuki penderitaan salib itupun Dia berdoa: ”Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku”(Luk. 23:46). Seruan Yesus menunjukkan bahwa Dia percaya akan kuasa Allah yang melindungi kehidupan-Nya. Allah tidak meninggalkan diri-Nya, tetapi selalu memberikan jaminan keselamatan. Berdasarkan pemahaman itu Rasul Paulus mengatakan : ”Jikalau Allah di pihak kita siapakah yang akan melawan kita?”.

Persoalannya sekarang : apakah kita rela dan tulus menderita bagi Yesus Kristus yang telah menyelamatkan hidup kita ?

( SABDA GUNA KRIDA GPIB, Edisi 56 Januari-Pebruari 2005 )