GPIB jemaat "IMMANUEL" di Probolinggo

62 335 421357 // 431237 , Rayon-B , Regio-II , BP Mupel Jatim ................................................................................................................. Tema (2006 - 2011) : Mempersiapkan Masa Depan Bangsa yang Damai dengan Sikap Tulus dan Jujur (Mazmur 37 : 37) ..................... Sub-tema (2006 - 2007) : Membangun Masa Depan dengan Semangat Perdamaian dan Pemulihan dalam Yesus Kristus (Roma 15 : 7)

Wednesday, February 02, 2005

e-SGD , 6 Pebruari 2005

MINGGU EPIPHANIA V
Hari Minggu, 6 Pebruari 2005

GEREJA YANG MENGAKU
Injil Matius 16 : 13 – 20

Jemaat Kristus Yesus !

Perikop bacaan ini menceritakan percakapan pribadi antara Tuhan Yesus dengan murid-murid-Nya di daerah Kaisarea Pilipi (ay. 13). Menurut catatan Matius, percakapan ini berlangsung dalam perjalanan menuju Yerusalem, di mana Tuhan Yesus akan mengakhiri pelayanan-Nya di sana. Ia memilih tempat di luar wilayah Yahudi. Mungkin Dia ingin menghindari orang banyak. Memang banyak kesempatan yang dirasakan murid-murid-Nya dengan Gurunya, tetapi kemesraan hubungan itu perlu dibina terus menerus, supaya murid-murid dapat melanjutkan misi sang Guru.

Tuhan Yesus mengambil kesempatan bercakap dengan murid-murid, agar ia dapat mengetahui pemahaman mereka tentang diri-Nya. Yesus bertanya : “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu ?” Pertanyaan itu sengaja dikemukakan sehubungan ada banyak pandangan tentang hal “Anak Manusia” dalam tradisi agama Israel. Banyak berbicara dan menanggapi kehadiran Tuhan Yesus secara berbeda : Yohanes Pembaptis, Elia, Yeremia dan salah satu di antara para nabi (ay. 14). Pada prinsipnya, orang Yahudi pada saat itu beranggapan, bahwa Yesus adalah salah seorang di antara nazir yang memiliki kekuatan Allah. Bukankah Yesus berasal dari Nazareth, kota orang-orang Nazir ?

Ketika pertanyaan itu diajukan Yesus kembali, Simon alias Petrus menjawab : “Engkaulah Mesiah Anak Allah yang hidup” (ay. 16). Petrus tidak pernah dapat mengatakan hal itu, jikalau ia tidak diilhami kuasa Roh Allah sendiri. Allah memakai mulut Petrus menyatakan kebenaran-Nya, seperti yang dilakukan-Nya atas orang-orang yang bersama Yesus di dalam perahu di danau : “Sesungguhnya Engkau Anak Allah” (Mt 14:33 : bd. 5:22 pengakuan perempuan Kanaan). Pengilhaman Allah yang bergema dari ucapan Petrus tentang identitas Yesus itulah yang menjadi landasan dari maksud dan rencana Allah di dalam sejarah.

Rencana dan maksud Allah itu adalah pembangunan Kerajaan Allah di atas dasar Injil Yesus Kristus. Itulah sebabnya Dia mengatakan :”Di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku” (ay. 18). Sejak dahulu Gereja-gereja Protestan menerima pengakuan Petrus dan sekaligus pernyataan Yesus tentang batu karang tidak menunjuk pada suksesi kepemimpinan Gereja di bawah Simon Petrus. Gereja-gereja Protestan menerima pemikiran Agustinus dan Luther yang menunjuk pada Yesus Kristus sebagai dasar dari Gereja, batu karang (Yun. Petros) yang dimaksudkan Yesus.

Selanjutnya Yesus dimaksudkan, bahwa seluruh ajaran yang diberitakannya harus menjadi landasan kuat bagi pembangunan jemaat-Nya (Mt. 7:24-27; bd. I Kor. 3:11). Namun jika hal itu dikaitkan dengan Petrus (Aram: Kephas=Simon), maka pemahaman tersebut meneruskan gagasan bahwa melalui pekerjaan Petrus dan murid-murid lainnya Misi Kristus akan dilanjutkan (bd. Epes. 2 : 20-21 ; pemberian karunia jabatan oleh Yesus Kristus dalam Epes. 4:11). Jadi bukan karena pekerjaan Petrus dan murid-murid Gereja maka pembangunan Gereja semakin bertumbuh; melainkan Petrus dan para murid ditunjuk (to be appointed) oleh Yesus untuk memelihara dan melanjutkan hasil pekerjaan yang sudah dikerjakan Gurunya itu. Meskipun demikian ucapan itu dipahami juga dalam kerangka kepemimpinan Simin Petrus di dalam gereja. Mungkin itu pula yang dimaksudkan dengan ”prime minister” di kalangan rasul-rasul menurut pemberitaan Lukas (dalam Kitab Rasul-Rasul lih. Kis. 10:44 dst; Gal. 2:7).
Menarik sekali untuk memahami ucapan Yesus tentang ”jemaat” (Yun. ekklesia, Lat. ecclesia – ay. 18). Tradisi sebelum Yesus (yang ditemukan di dalam Gua Qumran) menyatakan, bahwa istilah ”ecclesia” itu digunakan untuk menunjuk dan menggantikan istilah ibrani : ”qahal”, yang berarti umat atau jemaat Allah sebagaimana yang terkandung juga dalam tradisi asli di sekitar exodus (Pembebasan dari Mesir). Yesus menggunakan istilah itu untuk menetralisasikan (mengalihbahasakan) gagasan tentang ”sisa Israel” dalam Perjanjian Lama. Gereja adalah sisa Israel yang diselamatkan Allah di dalam pengakuan iman melalui karya Yesus Kristus. Hal itu berarti bahwa Gereja adalah persekutuan orang-orang yang menerima perjanjian keselamatan yang dikerjakan Allah di dalam Yesus Kristus. Gereja adalah umat yang melanjutkan persekutuan perjanjian yang dahulu ada di dalam Perjanjian Lama.

Sehubungan dengan pembangunan (perihal mendirikan) Gereja (baca:jemaat-Ku), Yesus menegaskan, bahwa alam maut tidak dapat membinasakannya. Maksudnya, kekuatan kuasa maut tidak dapat menghancurkan pekerjaan Yesus Kristus. Jemaat Yesus Kristus akan terus hidup bertumbuh dan berkembang sekalipun orang-orang percaya dibunuh secara martir. Kematian orang-orang percaya atas kehendak masyarakat dan penguasa tidak dapat menghancurkan pekerjaan Yesus Kristus. Itulah juga yang dimaksudkan dengan ”Allah yang hidup”. Artinya kekuatan Allah yang hidup itu akan terus menyertai Gereja sepanjang sejarahnya. Dia adalah Allah Pemenang, sebab itu Gereja yang ada di dalam persekutuan dengan Allah adalah orang-orang yang menang. Maut tidak dapat merusakkan Gereja, sebab Allah yang hidup sendirilah Pelindungnya.

Siapapun yang mengakui Yesus Kristus : Anak Allah, ia dihubungkan kepada persekutuan dengan Petrus (batu karang) yang menjadi dasar Gereja, yakni : Yesus Kristus. Dia milik Allah dari umat yang menerima perjanjian keselamatan.

( SABDA GUNA DHARMA, Edisi 88 Januari – Pebruari 2005 )