GPIB jemaat "IMMANUEL" di Probolinggo

62 335 421357 // 431237 , Rayon-B , Regio-II , BP Mupel Jatim ................................................................................................................. Tema (2006 - 2011) : Mempersiapkan Masa Depan Bangsa yang Damai dengan Sikap Tulus dan Jujur (Mazmur 37 : 37) ..................... Sub-tema (2006 - 2007) : Membangun Masa Depan dengan Semangat Perdamaian dan Pemulihan dalam Yesus Kristus (Roma 15 : 7)

Monday, February 28, 2005

e-SGK , 2 Maret 2005

MINGGU PRA PASKAH III
Hari Rabu, 2 Maret 2005

TUJUAN DERITA ADALAH PERTOBATAN
Ratapan 3 : 34 – 44

CATATAN AWAL :

Kitab Ratapan atau yang disebut Nubuat Yeremia, adalah salah satu kitab yang termasuk dalam LIMA MEGILOT (lima kitab gulungan : Rut, Kidung Agung, Pengkhotbah, Ratapan dan Ester). Kitab ini dibaca pada hari peringatan runtuhnya kota Yerusalem dan hancurnya Bait Allah, tahun 587 SM. Dan makna teologis yang terkandung bahwa peristiwa jatuhnya Yerusalem dan runtuhnya Bait Allah diterima umat Yahudi sebagai hukuman TUHAN (YWHW) atas dosa mereka.
Kitab yang berisikan nyanyian ratapan ini, ditulis pada masa-masa pembuangan di Babylonia oleh orang-orang Yahudi yang tidak ikut terbuang ke Babylon. Dan dalam tradisi, kitab ini diterima sebagai kitabnya Yeremia.
Menarik untuk ditelaah pemahaman yang berkembang dalam pemikiran peratap dalam pasal 3 : 33 – 34 tentang penderitaan yang dialami bangsanya, yang sudah barang tentu peratappun ikut dalam penderitaan itu secara individu. Apalagi, kemalangan itu datang dari luar diri kita. Tentu saja ada sejumlah perenungan pribadi yang kita lakukan apabila hal itu menimpa kita.

TELAAH PERIKOP

Dalam nas, kita menjumpai peratap melihat penderitaan dialaminya dan bangsanya, yang datang dari luar dirinya, yakni dipijak-pijak selaku tawanan, hak selaku manusia diperkosa dalam peradilan, atau diberlakukan tidak adil (ay. 34-36). Peratap yakin bahwa semua itu berlangsung di hadapan Yang Mahatinggi, sehingga tak mungkin TUHAN tidak melihat semua kejadian-kejadian itu. Olehnya dia nasehati agar mereka bersabar menghadapi semua itu (ay. 26).
Sungguh pun penderitaan itu datang dari pihak lain, namun peratap memiliki keyakinan yang memandang bahwa semua kesukaran itu berada dalam kekuasaan TUHAN selaku Yang Mahatinggi, yang menciptakan dan menjadikan : Tatkala Ia berfirman, semuanya jadi. Ia yang memerintahkan semuanya itu, karena dari mulut-Nya keluar apa yang buruk dan apa yang baik. (ay. 37-38). Jadi tidak dapat kita katakan bahwa penderitaan yang kita alami tidak proporsional. Peratap yakin bahwa TUHAN akan memakai semuanya itu untuk mendatangkan kebaikan bagi anak-anak-Nya.
Peratap mengajak sesama Umat untuk kembali kepada TUHAN dalam pertobatan yang sungguh dan hidup berdamai dengan TUHAN. Biarlah mereka memeriksa diri masing-masing dalam terang hukum-hukum TUHAN yang mereka langgar, dan biarlah mengangkat hati dan tangan kepada Allah di sorga (ay. 41), sebagai kesungguhan hati mereka memohon pengampunan dosa. Sebab apa artinya hidup ini apabila tidak diampuni oleh Allah dan tetap berada pada penghukuman Allah ? Ay. 43-44

PERTANYAAN PENELAAHAN :
1. Kita harus jujur mengatakan bahwa terkadang kita mengalami pemberlakuan tidak adil oleh sesama kita. Dan hal seperti ini membuat kita melakukan protes besar kepada sesama, bahkan terkadang kepada TUHAN. Sehingga bagi kita penderitaan yang demikian tidak pada tempatnya. Bagaimana pendekatan seperti ini kita telaah berdasarkan firman TUHAN ini ?
2. Langkah iman apakah yang harus kita lakukan ?
3. Setujukah saudara dengan makna teologis dalam Kidung Jemaat 408 : ”Suka duka dipakai-Nya untuk kebaikanku ?

( SABDA GUNA KRIDA GPIB, Edisi 56 Januari-Pebruari 2005 )