GPIB jemaat "IMMANUEL" di Probolinggo

62 335 421357 // 431237 , Rayon-B , Regio-II , BP Mupel Jatim ................................................................................................................. Tema (2006 - 2011) : Mempersiapkan Masa Depan Bangsa yang Damai dengan Sikap Tulus dan Jujur (Mazmur 37 : 37) ..................... Sub-tema (2006 - 2007) : Membangun Masa Depan dengan Semangat Perdamaian dan Pemulihan dalam Yesus Kristus (Roma 15 : 7)

Monday, January 31, 2005

e-SBA KAKc , 6 Pebruari 2005

06 Minggu, 6 PEBRUARI 2005

POKOK UTAMA : YESUS dari Nazaret adalah Allah Yang Sejati dan Manusia Yang Sejati.
TUJUAN KURIKULER : Menjelaskan kepada warga jemaat dan pembaca bahwa dalam diri Yesus dari Nazaret, Allah menyatu dengan manusia berdosa.
POKOK BAHASAN : Di dalam dan melalui YESUS dari Nazaret, Allah telah datang ke dunia untuk membebaskan manusia dari kuasa dosa dan memberi kepada manusia hidup baru bersama Allah.
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM : Agar warga jemaat dan pembaca memahami dan mengimani bahwa Yesus adalah Tuhan yang datang ke dunia untuk memberi kehidupan baru bagi manusia, yaitu kehidupan bersama Allah.
SUB POKOK BAHASAN : Gereja yang mengaku.

Bahan Alkitab : MATIUS 16 : 13 – 20
Tujuan Pembelajaran Khusus : Agar anak dapat :
1. Menjelaskan arti gelar-gelar Yesus;
2. Menceritakan arti Yesus dalam hidup mereka.

MATERI PELAJARAN
KONTEKS
Di kalangan jemaat Kristen pertama, ada kebulatan pendapat bahwa Injil Matius ditulis oleh Matius, salah seorang dari murid-murid Yesus (Mat 9:9). Kitab Injil Matius ditulis menjelang akhir abad pertama Masehi (sekitar tahun 80-an) dan ditujukan kepada orang-orang Yahudi Kristen yang hidup bersama-sama dengan saudara-saudara mereka, orang-orang Yahudi bukan Kristen di suatu tempat dekat Palestina. Matius menulis kitab injil ini untuk meyakinkan orang-orang Yahudi Kristen itu bahwa Yesus dari Nazareth adalah Mesias yang Allah janjikan kepada umat-Nya. Sebab orang-orang Yahudi bukan Kristen tidak percaya bahwa Yesus adalah Mesias yang Allah janjikan kepada umat-Nya. Untuk mendukung pendapatnya itu, Matius mengutip banyak nubuat dari nabi-nabi Perjanjian Lama tentang Mesias dan mengenakannya kepada Yesus. Sebagai contoh, dalam pemberitaan tentang kelahiran Yesus, Matius mengatakan bahwa kelahiran Yesus adalah penggenapan dari nubuat yang disampaikan oleh nabi Yesaya (Mat 1:18-23). Matius juga menyampaikan bahwa kelahiran Yesus di kota kecil Bethlehem adalah penggenapan dari nubuat yang disampaikan oleh nabi Mikha (Mat 2:1-6). Ketika Yesus menyembuhkan banyak orang yang kerasukan setan hanya dengan sepatah kata (Mat 8:16). Matius juga menyampaikan bahwa nubuat yang disampaikan dalam kitab Yesaya 53:4 tentang Hamba Tuhan, telah digenapi dalam diri Yesus dari Nazaret (Mat 8:17).
Kepada orang-orang Yahudi Kristen yang membaca kitab injil ini, Matius juga menjelaskan bahwa Yesus adalah Raja Yang Mahakuasa, yang wilayah kekuasaan-Nya tak terbatas. Kebangkitan Yesus dari kematian membuktikan bahwa Yesus adalah Raja yang berkuasa atas segala kuasa, yang ada di sorga maupun di bumi (Mat 28:20). Sebagai Raja, Yesus tidak memerintah dengan kekerasan seperti yang dilakukan raja-raja dunia, melainkan dengan lemah lembut seperti seorang Hamba (Mat 8:17; 12:17-21; 26:53). Di dalam pemerintahan Yesus sebagai Raja, tidak hanya orang-orang Yahudi yang akan menikmati kehidupan yang bahagia melainkan semua bangsa di bumi. Karena itu sebelum Yesus naik ke sorga, Ia mengutus murid-murid-Nya untuk menyampaikan injil keselamatan kepada semua bangsa (Mat 28:16-20).
Di dalam kitab injil ini Matius mencatat 5 (lima) pidato Yesus yang terkenal. Kelima pidato Yesus itu adalah :
1. Pengajaran (khotbah) Yesus di bukit (Mat 5:1-7:27)
2. Pidato Yesus ketika Ia mengutus keduabelas murid-murid-Nya (Mat 10:1-42)
3. Yesus berbicara tentang Kerajaan Sorga yang disampaikan dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:1-52)
4. Yesus berbicara tentang hubungan dalam Kerajaan Sorga (Mat 18:1-35)
5. Yesus berbicara tentang kedatangan-Nya kembali / Akhir Zaman (Mat 24-25)
Yesus adalah Mesias yang dijanjikan Allah kepada umat-Nya, merupakan salah satu pesan penting yang penulis Injil Matius hendak sampaikan kepada pembaca kitab Injil Matius. Dalam Matius 16:13-20, penulis kitab Injil Matius melalui pengakuan Simon Petrus, menyampaikan kepada pembaca kitab injilnya bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan Allah. Roh Kudus, yaitu Roh Allah yang menuntun Simon Petrus sehingga Simon Petrus mengaku bahwa Yesus adalah Mesias.

PENJELASAN TEKS
Ayat 13
Di Kaisarea Filipi (bukan Kaisarea dekat Laut Tengah), Yesus meminta murid-murid-Nya untuk menjelaskan pendapat mereka tentang siapa Yesus (Anak Manusia). Sebelumnya, Yesus terlebih dahulu bertanya kepada murid-murid-Nya tentang pendapat orang banyak tentang siapa Yesus (Anak Manusia).
Ayat 14
Ada banyak pendapat orang tentang siapa Yesus (Anak Manusia). Ada yang mengatakan bahwa Yesus adalah Yohanes Pembaptis. Ada yang mengatakan bahwa Yesus adalah Elia. Ada yang mengatakan bahwa Yesus adalah Yeremia. Ada yang mengatakan bahwa Yesus adalah salah satu dari nabi-nabi.
Ayat 15-16
Ketika Yesus meminta pendapat dari murid-murid-Nya tentang siapa Yesus menurut mereka (ayat 15), Simon Petrus mewakili murid-murid yang lain membuat pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.
Ayat 17
Orang hanya akan mengaku bahwa Yesus adalah Mesis, Anak Allah yang hidup kalau orang itu dituntun oleh Roh Kudus. Tanpa tuntunan Roh Kudus, orang tidak akan mengaku bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Karena itu Yesus mengatakan kepada Simon Petrus bahwa ia adalah orang yang paling bahagia. Pertama, sebab Allah melalui Roh Kudus berkenan menyampaikan kepada Simon Petrus berita sukacita dari Allah. Mesias yang Allah janjikan kepada umat-Nya telah datang. Dialah Yesus dari Nazaret (ayat 17). Kedua, Gereja (Yunani : Ekklesia) ada karena pengakuan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Petrus adalah orang pertama yang mengaku bahwa Yesus Kristus (Ibrani=Mesias) adalah Tuhan. Allah berkenan memilih Simon Petrus dan menjadikannya sebagai soko guru Gereja. Maksudnya, yang tidak akan pernah punah oleh kuasa apapun, termasuk kuasa maut (ayat 18). Ketiga, Allah berkenan memberikan kepada Simon Petrus kunci Kerajaan Sorga. Maksudnya : Melalui Petrus (pemberitaan/khotbahnya tentang Yesus (bandingkan Kisah Para Rasul 2:14-40) orang-orang mengaku dan percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan memperoleh keselamatan dan hidup kekal bersama Allah.
Ayat 20
Pemahaman orang-orangYahudi tentang Mesias sangat berbeda dari pemahaman Yesus tentang diri-Nya sebagai Mesias. Menurut orang-orang Yahudi, Mesias adalah tokoh yang akan memimpin umat Tuhan mengangkat senjata berperang melawan dan mengalahkan penjajah Romawi. Sedangkan menurut Yesus, tugas-Nya sebagai Mesias adalah mengalahkan kuasa dosa (yang membelenggu manusia dan membuat manusia menderita dan binasa) dengan cara menyerahkan diri-Nya untuk mati di kayu salib. Karena pemahaman yang berbeda itulah Yesus saat itu tidak menghendaki murid-murid-Nya memberitahukan kepada orang banyak bahwa Yesus adalah Mesias.

PEMAHAMAN TEOLOGI
Orang akan mengaku dan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan (Mesias, Anak Allah) karena pekerjaan Roh Kudus. Karena pekerjaan Roh Kudus, Simon Petrus mengaku dan percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Karena Simon Petrus telah mengaku dan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan, maka tugas Simon Petrus adalah membimbing orang lain untuk mengaku dan percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, diberi tugas untuk membimbing orang lain untuk mengaku dan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan.

PENERAPAN
Anak-anak mengenal siapa Yesus biasanya melalui penjelasan dari orang tua, guru atau orang dewasa lainnya. Penjelasan tentang Yesus bagi anak kecil sangat terbatas, apalagi jika itu dikaitkan dengan pengalaman spiritualnya. Akan tetapi, sekalipun penjelasan tentang Yesus masih sangat terbatas, itu tidak berarti tidak ada yang dapat mereka kemukakan tentang Yesus. Tugas pelayan adalah mengarahkan anak berdasarkan pengenalan mereka tentang Yesus secara tepat dan aplikatif. Bahwa Yesus dalam pembacaan hari ini dikenal sebagai :
1. Mesias yang berarti ”yang diurapi oleh Tuhan”. Mesias adalah kata lain dari Kristus yang mempunyai arti yang sama dengan Mesias
2. Pendiri dari persekutuan orang percaya, dimana Petrus ”Batu Katang” dipakai sebagai alat oleh Tuhan untuk mendirikan jemaatNya.

CONTOH CERITA
Anak diajak untuk bercakap-cakap, dimana mereka saling berbagi cerita tentang gelar-gelar/nama-nama Tuhan Yesus seperti, Mesias, Kristus, Juruselamat, Penebus dll. Tuliskanlah pada kertas karton manila dalam ukuran besar gelar-gelar tersebut dan artinya. Mintalah anak-anak mengucapkan kembali sambil mengingat setelah kakak pelayan membaca semua yang tertulis pada karton tersebut. Tanyakanlah kembali pada anak layan ”siapakah Yesus bagi mereka”. Jawaban yang diberikan tentu berbeda-beda, tetapi kakak pelayan dapat menuliskan beberapa pendapat yang terbanyak dikemukakan di atas kertas karton manila lainnya. Mintalah anak layan untuk mengucapkan ulang jawaban yang tertulis tentang siapakah Yesus bagi mereka. Kemudian pelayan dapat memberikan penjelasan singkat tentang arti Yesus bagi orang percaya.

AKTIVITAS
1. Berdialog tentang gelar-gelar Tuhan Yesus, yang telah dituliskan pada kertas karton manila
2. Jawaban anak layan tentang siapakah Yesus bagi mereka dituliskan pada kertas karton manila
3. Mintalah anak layan mengingat dan mengucapkan kembali apa yang telah tertulis
4. Anak layan diberi kesempatan untuk menggambar Yesus sesuai dengan jawaban yang mereka berikan ”Siapakah Yesus bagi saya”. Setiap anak dapat memilih salah satu jawaban yang ada sebagai topik untuk gambarnya
5. Jika memungkinkan dapat dipilih aktivitas lainnya yang dapat mendorong ingatan anak layan akan arti Yesus bagi dirinya.

Pdt Ny D Meijer-H , M. Th.
( SABDA BINA ANAK Kelas Anak Kecil edisi Januari-Pebruari 2005 )

e-SGK , 2 Pebruari 2005

MINGGU EPIPHANIA IV
Hari Rabu, 2 Pebruari 2005

YESUS KRISTUS ITU ALLAH
Injil Yohanes 8 : 37 – 47


Tradisi dapat saja baik tetapi juga dapat menjadi tidak baik. Hal itu tergantung dari sikap dan pemahaman orang yang menerima warisan tradisi tersebut. Jikalau tradisi itu digunakan dalam hubungan dengan penafsiran dan perumusan ulang (reinterpretasi dan reformulasi) konteks masa lalu ke dalam konteksnya yang baru, maka tradisi itu akan bermanfaat mendorong dan merintis pembukaan wawasan manusia terhadap kehendak Allah di dalam kurun waktunya. Namun jikalau tradisi itu diterima tanpa mengadaptasikannya dalam konteks yang sedang berlaku, maka ia akan menjadi batu sandungan bagi siapapun yang ingin menerima Yesus Kristus

Hal ini dialami Yesus Kristus ketika Dia berhadapan dengan orang Yahudi dalam kurun waktu itu. Persoalannya adalah pemahaman orang Yahudi tentang Yesus Kristus. Siapakah Yesus Kristus menurut orang Yahudi ? Pertentangan tentang kepribadian Yesus itu berlangsung sengit di antara kaum Yahudi. Pertanyaan Yesus mengandung inti persoalan : Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku ? (ay. 43) Mengapakah engkau tidak percaya kepada-Ku ? (ay. 46b)

Memang ada perbedaan pemahaman di antara Yesus dan orang Yahudi tentang kebenaran. Orang Yahudi mengartikan kebenaran itu bertolak dari pernyataan Allah di dalam tradisi Perjanjian Lama sejak zaman Abraham sampai sebelum masa kedatangan Yesus. Salah satu tradisi itu, khususnya di dalam nubuat para nabi, adalah penantian Israel akan kedatangan Raja Mesiah yang akan membangun kembali Kerajaan Daud. Raja Mesiah itu berasal dari garis keturunan Abraham, Ishak, Yakub dan Daud (bd. Mat. 1:1-17). Itulah keyakinan Israel.

Berangkat dari pemahaman seperti itu Yesus pun menegaskan pendapat-Nya tentang diri-Nya. Dia berasal dari keturunan Abraham, warga Negara Israel, anak dari Yusuf dan Maria, yang adalah keturunan Daud (bd. Mat. 1:16). Perbedaan pandangan-Nya dengan orang Yahudi terpusat pada misi yang sedang diembani-Nya. Yesus tidak bertujuan membangun Kerajaan Israel (Daud) secara politis seperti yang dipikirkan orang Yahudi (sebab mereka sedang dijajah kekaisaran Roma). Menurut Yesus, Dia melakukan pekerjaan Allah Bapa yang mengutus-Nya, yakni : melaksanakan rencana penyelamatan. Membangun kerajaan Allah di atas bumi ciptaan-Nya, itulah tugas Yesus. Dan, kerajaan Allah itu tidak bersifat politis, melainkan spiritual.

Dalam hal ini Yesus menafsirkan ulang (reinterpretasi) merumuskan ulang (reformulasi) panggilan dan pengutusan Abraham sesungguhnya, yakni : olehmu semua kaum di muka bumi mendapat berkat (Kej. 12:3). Berkat Allah, menurut Yesus, bukan hanya berkaitan dengan dunia politis, tetapi berkat itu diberikan ke atas hidup manusia (yang berpolitik). Mengalir dari pemahaman itu Yesus menyatakan, bahwa Dia melakukan kehendak Allah. Dia memberitahukan kebenaran Allah; yaitu, Israel harus menjadi berkat bagi bangsa-bangsa, bukan membangun suatu kerajaan Allah yang bersifat politis di atas bumi. Jadi, karena Yesus menyatakan kehendak Allah, hal itu berarti Dia mengenal dan mengetahui pikiran Allah. Bukan hanya itu, Dialah Allah yang datang dalam rupa dan wujud manusia untuk maksud dan rencana penyelamatan. Dalam hal seperti itu, kerajaan Allah, menurut Yesus, adalah pemerintahan yang dilakukan Allah yang bercirikan ”shalom” (Paulus mengidentifikasikan Kerajaan Allah itu sebagai : damai sejahtera, kebenaran dan sukacita – bd. Rom. Roma 14:17).

Berkat Allah itu adalah keselamatan bagi hidup manusia dalam persekutuan dengan Allah, Penciptanya. Berdasarkan hal itu pula Yesus melakukan pembaharuan kembali (reformasi) akar-akar keyakinan Yahudi, agar mereka dapat memahami panggilan dan pengutusan Abraham dalam konteksnya pada waktu itu. Israel dipanggil dan diutus menjadi berkat di tengah bangsa-bangsa. Disebabkan ketegaran hati dan kekerasan pikiran yang bersifat tradisional itu, orang Yahudi (pada masa Yesus) menolak pandangan-Nya. Itulah sebabnya Yesus mengatakan :”Iblislah yang menjadi bapamu” (ay.43).

Persoalannya dengan Gereja dan orang Kristen saat ini adalah: apakah gagasan yang mendorong bagi pelaksanaan dan penyelenggaraan misi Gereja dan tugas orang Kristen dalam masyarakat. Apakah Gereja dipanggil untuk membangun sebuah kerajaan Allah yang bersifat politis seperti yang dilakukan Gereja pada abad pertengahan ? Apakah tujuan Gereja untuk memberitakan Injil agar orang-orang menjadi Kristen ? Apakah reinterpretasi dan reformulasi Gereja atas pemberitaan Yohanes ini, supaya reformasi (pembaharuan dan pemulihan) Allah dapat berlangsung dalam damai sejahtera atas bangsa ini ?

( SABDA GUNA KRIDA GPIB, Edisi 56 Januari-Pebruari 2005 )

Minggu Epiphania IV , 30 Januari 2005

Minggu Epiphania IV , 30 Januari 2005
Jadwal Ibadah sepekan
Minggu, 30 Januari 2005 : Lukas 2 : 41 - 52
PF : Pdt Max Sarles Kapoh, S Th (GPIB ’Cahaya Kasih’ Surabaya)
Senin, 31 Januari 2005 : Yohanes 1 : 1 - 4
Hari libur kantor GPIB ‘Immanuel’ Probolinggo
Selasa, 1 Pebruari 2005 : Yohanes 8 : 30 - 36
Pk. 17.00 : Ibadah BPK PW di Gedung GPIB ‘Immanuel’ Probolinggo , d/a Jl. Suroyo 32 Probolinggo ( Lt : Ny. Diah Ulupi ; PF : Pnt. Julius M Timbas )
Rabu, 2 Pebruari 2005 : Yohanes 8 : 37 - 47
Pk. 19.00 : Ibadah sektor gabungan di Gedung GPIB ‘Immanuel’ Probolinggo , d/a Jl. Suroyo 32 Probolinggo ( Lt : Dkn. Ny. Ida S A Kesaulija-Uneputty ; PF : Pdt Yan P K Tacazily, S Th )
Kamis, 3 Pebruari 2005 : Yohanes 8 : 48 - 59
Pk. 18.00 : Persiapan Presbiter di Kantor GPIB ‘Immanuel’ Probolinggo , d/a Jl. Suroyo 32 Probolinggo ( dpo : Pdt Yan P K Tacazily, S Th )
Jumat, 4 Pebruari 2005 : Yohanes 9 : 1 - 12
Pk. 19.00 : Ibadah BPK PKB di Bp. Rudy Iskandar, Ir , d/a Perum Sumber Taman Indah I/22 Probolinggo ( Lt : Dkn. Yustinus A Bolangitan ; PF : Pdt Yan P K Tacazily, S Th )
Sabtu, 5 Pebruari 2005 : Yohanes 9 : 13 - 41
Pk. 04.30 : Persekutuan Doa Subuh di Gedung GPIB , d/a Jl. Suroyo 32 Probolinggo ( PF : Pdt Yan P K Tacazily, S Th )
Minggu, 6 Pebruari 2005
Pk. 08.00 :
PPA TK di Gedung PA : Sdri. Rebecca Suitela
PPA KK di Gedung PA : Sdri. Margeritha A Sodak
PPA KT di Gedung PA : Ny. Lusi Sugiarti
PPT Eka & Dwi di Gedung PT : Sdr Kristalenta

Berdasarkan warta jemaat yg diedarkan pada Ibadah Minggu 30 Januari 2005

Wednesday, January 26, 2005

e-SGD , 30 Januari 2005

MINGGU EPIPHANIA IV
Hari Minggu, 30 Januari 2005

ANAK YANG MENAATI KEHENDAK BAPA
Injil Lukas 2 : 41 – 52

Jemaat Kristus yang dikasihi,

Masa depan seorang anak ditentukan oleh pembinaan dan pendidikan yang dilakukan orang tuanya sejak dini. Peran pendidikan dan pembinaan bukan hanya meliputi hal-hal yang bersangkutan pada pengembangan daya pikirnya saja, melainkan juga sangat berhubungan erat dengan mentalitas dan aspek rohaniah. Pembentukan kepribadian anak sejak dini akan sangat baik, jikalau orang tua Kristen mendorong anak-anaknya mengikuti ibadah anak-anak dan Teruna pada setiap kegiatan gerejawi. Mengapa demikian ?

Yesus Kristus, sekalipun Dia Allah, dilahirkan dalam keluarga sederhana Yusuf dan Maria. Yusuf, seorang tukang kayu, mendidik anaknya itu dalam tradisi keagamaan yang ketat. Pada setiap perayaan keagamaan, khususnya Perayaan Paskah Yahudi, Yusuf dan Maria mengajak anaknya : Yesus, pergi ke Yerusalem untuk mengikuti ibadah Paskah. Di sana Yesus mengalami proses pendidikan dan pembinaan melalui keikutsertaan-Nya dalam ibadah itu. Ia mendengar firman, menyaksikan pelayanan ibadah korban dan lain-lain. Pengalaman iman itu memperkaya si teruna. Yesus mengenal tradisi leluhurnya dalam penyembahan akan Allah. Yesus semakin mencintai Ibadah, karena selalu diikutsertakan orang tuanya. Oleh karena itu, pengetahuan-Nya semakin bertambah, pengenalan akan Allah semakin berakar kuat sejalan dengan pertumbuhan mentalitas dan biologis-Nya. Pengetahuan intelektual yang bertambah dan penghayatan iman telah mendorong perilaku-Nya yang baik, sehingga Dia dikasihi Allah dan sesama. (ay. 52)

Saudara yang dikasihi Yesus Kristus,

Ketika GPIB merayakan Hari Ulang Tahun Bidang Pelayanan Kategorial Persekutuan Teruna (BPK PT GPIB) hari ini, maka kita diajak merenungkan bagaimana peran serta orang tua membina dan mendidik anak teruna di dalam pengenalan akan Allah. Di satu pihak, pada hari-hari belakangan ini kita mendengar berbagai laporan tentang meningkatnya kriminalitas di kalangan teruna / remaja Indonesia sebanding dengan kemajuan-kemajuan teknologi canggih. Siswa-siswi menggunakan kemajuan bioteknologi di berbagai bidang kesehatan untuk mencapai kepuasan sesaat, seperti : alat-alat keluarga berencana dan obat-obatan terlarang, termasuk minuman keras. Pada lain pihak, ada juga teruna-teruna yang bertumbuh tanpa mendapatkan pendampingan yang baik, sehingga kepribadiannya menjadi buas dan liar. Mereka bertumbuh menjadi orang-orang bebas dengan melakukan perbuatan-perbuatan buruk. Sementara ada pula teruna-teruna yang berjuang untuk mencapai masa depan melalui kerja keras menjadi pembantu rumah tangga, tenaga kerja murah pada perusahaan di mana kondisi kesehatan kerjanya tidak menjamin, serta bermacam hal lainnya.

Dalam kondisi seperti demikian, Gereja dan orang tua dipanggil untuk memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian teruna, agar mereka semakin berhikmat, yakni : memiliki pengetahuan yang tinggi dan hati yang mengenal Tuhan. Orang tua dituntut memenuhi janji imannya, ketika mereka menjawab pertanyaan baptisan : bersediakah engkau menjadi teladan iman dan mengajarkan anak-anakmu dalam ajaran Gereja serta firman Allah sampai anak-anakmu mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya ? Saat ini orang tua Kristen dipanggil dan diutus Allah untuk berpartisipasi ke dalam pekerjaan Allah, yakni : membangun masa depan Kerajaan Allah di Indonesia melalui pembinaan dan pendidikan teruna-teruna Gereja, yaitu : generasi masa depan dari bangsa ini........

( SABDA GUNA DHARMA, Edisi 88 Januari – Pebruari 2005 )

Monday, January 24, 2005

e-SGK , 26 Januari 2005

MINGGU EPIPHANIA III
Hari Rabu, 26 Januari 2005

YESUS : PENCIPTA KEAJAIBAN
Injil Markus 8 : 22 – 26


Pengantar

Dalam perjalanan Yesus dan murid-murid-Nya melalui laut telah membawa mereka tiba di Betsaida. Dalam ayat 23 Betsaida adalah sebuah kampung, tetapi pada zaman itu bukan lagi merupakan sebuah kampung karena raja Filipus telah mengubahnya menjadi sebuah kota dengan nama Betsaida Yulias. Namun bagi rakyat, Betsaida tetap merupakan sebuah kampung.

Cerita Yesus menyembuhkan seorang buta di Betsaida ini hanya dijumpai dalam Injil Markus. Peristiwa ajaib yang dibuat Yesus di sinipun dilakukan secara bertahap, tidak sekaligus seperti dijumpai dalam berbagai peristiwa ajaib yang dibuat Yesus. Belum dapat dipastikan mengapa demikian, tetapi paling tidak itulah suatu cara yang dipakai Yesus dalam pelayanan-Nya.

Telaah Perikop

Ayat 22. Setelah tiba di Batsaida, ada orang yang membawa seorang buta kepada Yesus dan memohon supaya Yesus menjamahnya. Ini menunjukkan bahwa kabar tentang Yesus bahwa Dia dapat melakukan berbagai keajaiban telah sampai di lingkungan masyarakat Betsaida

Ayat 23 – 25 Yesus memegang tangan orang buta itu dan membawanya keluar kampung. Menunjukkan bahwa Yesus menyambut orang buta itu. Tidak ada ucapan “sinis atau semacam penolakan” dari Yesus maupun murid-murid-Nya seperti yang dialami oleh perempuan Siro Fenisia (Markus 7 : 24 – 30, lihat juga Matius 15 : 21 – 28). Kita juga tidak dapat memastikan mengapa Yesus membawa orang ini keluar kampung. Mungkin saja Yesus ingin sendirian dengan dia dan tidak ingin diganggu oleh orang banyak.

Hal yang menarik yaitu proses penyembuhan berlangsung secara bertahap. Pada awalnya, mata orang buta itu diludahi-Nya dan Yesus meletakkan tangan atas orang itu. Hasilnya, dia dapat melihat orang jalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon. Selanjutnya Yesus meletakkan tangan-Nya pada mata orang itu, sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Mengapa begitu ? Itulah cara Yesus melakukan keajaiban. Yesus dapat memakai berbagai cara untuk menyatakan kuasa-Nya. Dalam keempat kitab Injil, ada empat keajaiban penyembuhan orang buta yaitu Matius 9 : 27-30, Markus 8 : 22-26; 10 : 46-52 dan Yohanes 9 : 1-41. Dari empat peristiwa itu, Yesus menggunakan cara yang berbeda-beda. Untuk seseorang Yesus memakai suatu benda, orang lain tidak. Yang seorang disembuhkan-Nya sekaligus, yang lainnya bertahap.

Kalaupun Yesus memakai benda tertentu seperti ludah atau tanah, bukan berarti bahwa benda itu sumber kesembuhan atau yang mendatangkan kesembuhan. Kesembuhan itu berasal dari dan di dalam Yesus Kristus. Penggunaan suatu benda hanya cara atau sarana untuk menyatakan kuasa Allah sebagai pencipta keajaiban.

Ayat 26 Yesus menyuruh orang itu pulang ke rumahnya, tetapi jangan masuk ke kampung. Kita tidak dapat memastikan mengapa orang ini dilarang masuk kampung, mungkin Yesus tidak mau kalau orang lain mengetahuinya. Dan biarlah orang yang ada di rumahnya yang mengetahui dahulu

Pertanyaan untuk diskusi
1. Banyak orang memakai air atau minyak (sering juga disebut minyak urapan) untuk melayani orang sakit, Bagaimana pendapat saudara ?
2. Saudara sudah datang pada Yesus dalam doa memohon kesembuhan, tetapi kesembuhan itu belum juga diberikan. Apakah anda akan tetap setia untuk datang terus pada Yesus atau mencari ”orang pintar” ?
3. Apa yang saudara akan lakukan jika mengetahui bahwa ada teman saudara seiman sering ke ”orang pintar atau dukun” ?

( SABDA GUNA KRIDA GPIB, Edisi 56 Januari-Pebruari 2005 )

Sunday, January 23, 2005

Minggu Epiphania III , 23 Januari 2005

Minggu Epiphania III , 23 Januari 2005
Jadwal Ibadah sepekan
Minggu, 23 Januari 2005 : Markus 7 : 24 - 30
Senin, 24 Januari 2005 : Markus 8 : 1 - 10
Hari libur kantor GPIB ‘Immanuel’ Probolinggo
Selasa, 25 Januari 2005 : Markus 7 : 31 - 37
Pk. 17.00 : Ibadah BPK PW di Gedung GPIB ‘Immanuel’ Probolinggo , d/a Jl. Suroyo 32 Probolinggo ( Lt : Ny. Juca Istanti ; PF : Pdt Yan P K Tacazily, S Th )
Rabu, 26 Januari 2005 : Markus 8 : 22 - 26
Pk. 19.00 :
Sektor I di Kel. Khasim Sinuhaji , d/a _________________ Probolinggo ( Lt : Dkn. Sugeng Widodo ; PF : Pdt Yan P K Tacazily, S Th )
Sektor II di Kel. Cornelius Tahapary , d/a Jl Nusa Indah 39 Probolinggo ( Lt : Bp. Hezkia Gea ; PF : Pnt. Ny. Hilda T Buttu-Sumampow )
Sektor III di Kel. Marthen Sodak , d/a Jl S Parman 28c Probolinggo (Lt : Bp Subagio ; PF : Pnt. Julius M Timbas )
Kamis, 27 Januari 2005 : Markus 9 : 14 - 29
Pk. 18.00 : Persiapan Presbiter di Kantor GPIB ‘Immanuel’ Probolinggo , d/a Jl. Suroyo 32 Probolinggo ( dpo : Pdt Yan P K Tacazily, S Th )
Jumat, 28 Januari 2005 : Markus 10 : 46 - 52
Sabtu, 29 Januari 2005 : Markus 19 : 1 - 19
Pk. 18.00 : Ibadah BPK GP di Gedung GPIB, d/a Jl. Suroyo 32 Probolinggo ( Lt : Sdri. Audra Lilipaly ; PF : Pnt. Adry Marthen )
Minggu, 19 Desember 2004
Pk. 08.00 :
PPA TK di Gedung PA : Ny. Puji A Widodo
PPA KK di Gedung PA : Ny. M Betty Tamijo
PPA KT di Gedung PA : Ny. Yohana Daniel Suitela
PPT Eka & Dwi di Gedung PT : Sdr Kristalenta

Berdasarkan warta jemaat yg diedarkan pada Ibadah Minggu 23 Januari 2005

Wednesday, January 19, 2005

e-SGD , 23 Januari 2005

MINGGU EPIPHANIA III
Hari Minggu, 23 Januari 2005

YESUS : KESELAMATAN UNTUK SEMUA ORANG
Injil Markus 7 : 24 – 30


Apakah anda membutuhkan pertolongan? Terlepas dari apapun jawaban saudara, mendengar kalimat tsb saja, banyak orang merindukannya. Mereka berusaha memperolehnya dengan sekuat tenaga. Kalau perlu apa saja mau mereka lakukan, asal bisa tertolong untuk dapat keluar dari suatu permasalahan

Seorang perempuan Siro Fenisia berusaha dengan gigih supaya anak perempuannya bisa tertolong dari kerasukan roh jahat. Perempuan itu mendengar bahwa Yesus datang dan berada dalam sebuah rumah di daerah Tirus, suatu daerah yang terletak di luar wilayah Yahudi. Kedatangan Yesus di daerah inipun dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Tetapi tetap saja berita tentang kedatangan-Nya tidak dapat disembunyikan. Kesempatan yang baik ini dipergunakan oleh seorang perempuan berkebangsaan Yunani datang pada-Nya. Dengan sikap tersungkur di depan kaki Yesus, dia memohon supaya Yesus dapat menolong anaknya yang kerasukan roh jahat.
Sikap tersungkur di depan kaki Yesus, menunjukkan bahwa perempuan Siro Fenisia ini sangat menghormati Yesus. Yesus dihormati karena kuasa yang dimiliki-Nya. Perempuan ini sudah mendengar dari orang lain tentang kuasa yang dimiliki Yesus terbukti dapat menolong banyak orang melalui mujizat yang dilakukan-Nya. Untuk itu dia berusaha berjumpa dengan Yesus dan sangat berharap supaya mujizat itu juga dialami oleh anaknya. Dengan demikian perempuan ini, sangat membutuhkan Yesus. Dia ingin melakukan apa saja, asal anaknya dapat ditolong oleh Yesus.

Perjumpaan dengan Yesus tidak langsung menjawab pergumulannya, melainkan didahului dengan semacam ”penolakan”. Hal ini menjadi tantangan tersendiri yang harus dihadapinya. Untuk itu butuh kesabaran dan kesetiaan menanti pertolongan Yesus. Dalam hal ini, Injil Matius lebih rinci menggambarkannya. Matius menggambarkan bagaimana Yesus sama sekali tidak menjawab permohonannya, bahkan murid-murid-Nya menyuruh wanita itu pergi. Yesus bahkan menjawab ”Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel”. (Matius 15 : 23 – 24). Ini berbeda dengan Markus yang menampilkan suatu gambaran yang sangat ringkas. Markus hanya menunjukkan sikap Yesus yang mengatakan ”biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing” (ayat 27). Perkataan Yesus ini menunjukkan bagaimana pandangan orang Yahudi terhadap orang di luar Yahudi. Orang Yahudi menganggap orang di luar Yahudi sebagai kafir dan dengan demikian disamakan dengan anjing. Untuk itu tidak diperkenankan ada perjumpaan antara orang Yahudi dan non Yahudi.

Jadi apakah dengan begitu, perjumpaan antara Yesus dan perempuan non Yahudi melanggar hukum Yahudi ? Persoalannya di sini bukan terletak pada apakah Yesus melanggar hukum Yahudi atau tidak, tetapi Yesus mau menunjukkan bahwa pelayanan-Nya tidak hanya terbatas untuk orang Yahudi saja tetapi juga untuk orang-orang di luar Yahudi. Hal itu ditunjukkan Yesus melalui kesedian-Nya berjumpa dengan perempuan ini. Memang Yesus diutus pertama-tama untuk orang Yahudi (Mat. 10 : 5). Itu juga nampak dari ucapan-Nya dalam ayat 27. Gambaran roti di sini mengandung makna anugerah kehidupan atau keselamatan yang pertama-tama diberikan kepada umat-Nya Israel. Tetapi kemudian bangsa lainpun akan menikmati anugerah kehidupan itu (Roma 1 : 16). Hal itu juga terlihat ketika dengan jujur perempuan tersebut mengatakan ”benar Tuhan, tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak” (ayat 28). Disatu pihak, itu berarti bahwa perempuan tsb menerima pandangan orang Yahudi terhadap orang non Yahudi termasuk dirinya. Dan di pihak lain, perempuan itu tetap berharap supaya anugerah kehidupan / keselamatan yang disediakan kepada orang Yahudi itu dapat dia dan anaknya yang kerasukan roh jahat menikmatinya juga, walaupun itu hanya sebatas remah-remah yang dijatuhkan anak-anak. Jawaban jujur berisi harapan yang keluar dari prempuan non Yahudi ini kemudian membuahkan hasilnya. Yesus katakan ”karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu” (ayat 29). Itu berarti bahwa perjumpaan dengan Yesus telah mengubah pandangannya dan melahirkan suatu kehidupan iman yang baru bahwa anugerah kehidupan / keselamatan tidak hanya disediakan kepada orang Yahudi tetapi juga untuk semua orang.

Beberapa catatan praktis yang dapat dikembangkan :
1. Dunia kita yang serba instant dan cepat ini, dapat mempengaruhi manusia untuk memaksa Tuhan menuruti keinginannya. Kita mau supaya Tuhan cepat juga menjawab dan menolong ketika kita butuh pertolongan-Nya. Seolah-olah Tuhan dapat didikte dan diatur sesukanya.
2. Tuhan tetap menolong orang yang berseru kepada-Nya, tetapi segala sesuatu itu butuh kesabaran, kesetiaan dan kerendahan hati sambil menunggu jawaban Tuhan atas segala permohonan kita
3. Tuhan tidak pilih kasih dalam menyatakan anugerah keselamatan-Nya, itu sebabnya pertolongan yang diberikan kepada manusiapun tidak hanya ditujukan kepada sekelompok orang atau suatu bangsa tetapi untuk semua orang yang mau datang dan percaya pada-Nya

( SABDA GUNA DHARMA, Edisi 88 Januari – Pebruari 2005 )

Monday, January 17, 2005

e-SGK , 19 Januari 2005

MINGGU EPIPHANIA II
Hari Rabu, 19 Januari 2005

YESUS : FIRMAN dan PENABURNYA
Injil Markus 4 : 1 – 20

Pendahuluan
Injil Markus ditulis sebelum tahun 70. Ada yang mengatakan antara tahun 55/60 ; 65/66 ; dan seterusnya. Dengan kata lain Injil Markus ditulis sebelum Yerusalem diruntuhkan dan merupakan Injil tertua daripada ketiga Injil lainnya ( Matius, Lukas, dan Yohanes). Markus menulis Injil ini dengan tujuan untuk orang-orang bukan Yahudi (khususnya Roma). Pada waktu itu, sebagaimana diketahui bahwa pengaruh kekuasaan dan kehebatan Kekaisaran Romawi sangat besar. Masing-masing Injil ditulis dengan kekhasannya sendiri. Markus menyaksikan tentang keselamatan Allah melalui Tuhan Yesus berupa : kuasa Yesus atas roh jahat, penyakit dan maut. Mujizat-mujizat-Nya dinampakkan dan banyak orang percaya. Banyak hal nyata yang Ia lakukan di luar kemampuan manusia, sehingga manusia percaya dan menerima Dia sebagai Juruselamatnya. Nampaknya orang Roma lebih suka (fokus) pada apa yang diperbuat oleh Tuhan Yesus. Karya keselamatan yang demikian memang dinantikan dan sangat diharapkan oleh bangsa-bangsa. Pada sisi lain, penginjilan yang disampaikan dan diwujud-nyatakan dalam pelayanan (karya) nyata, memang dibutuhkan dapat menguatkan iman umat-Nya. Jika umat-Nya berada dalam keadaan tekanan dan penganiayaan, maka mereka diberi kemampuan untuk hidup dalam pertolongan Tuhan. Mereka tahu bagaimana mereka patut berharap dan berserah pada Yesus Kristus.

Pemahaman Perikop
Dalam mengajar dan memberitakan firman-Nya, Tuhan Yesus memandang perlu untuk menggunakan perumpamaan. Ternyata mengajar dengan perumpamaan itu, merupakan salah satu metode yang dibutuhkan dan dipandang baik. Kadang-kadang Tuhan Yesus menggunakan metode tanya-jawab dan sebagainya. Singkat kata, ketika Tuhan Yesus menggunakan perumpamaan seorang penabur, para murid tidak mengerti, sehingga diperlukan penjelasan. Oleh sebab itu, Ia berkenan memberikan maknanya kepada mereka. Berikut ini adalah baik kita mengetahui tentang perumpamaan penabur dan maknanya.

Pertama
Sebagian benih yang jatuh di pinggir jalan dimakan burung sampai habis. Firman Tuhan yang didengar oleh orang-orang yang di pinggir jalan tidak tahan lama. Lalu datanglah iblis mengambil firman yang baru ditaburkan itu. Mendengar firman Tuhan tapi tidak mencurahkan (memfokuskan) perhatian. Sukacita sebentar saja lalu segera lupa, sebab pengaruh si jahat lebih kuat.
Kedua
Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu. Mereka yang mendengar firman Tuhan bergembira tapi tidak tahan lama. Jika datang penganiayaan atau penindasan maka mereka segera murtad. Firman yang didengar itu rupanya tidak berakar atau masuk di hati. Lalu ia menjadi murtad di masa cobaan dan penganiayaan. Kadang-kadang orang Kristen juga murtad karena jabatan, harta dan cinta.
Ketiga
Sebagian jatuh di tengah semak berduri. Orang yang mendengar firman, namun dibebani oleh kekuatiran duniawi, tipu daya kekayaan dan hal lainnya, sehingga menghimpit firman itu dan tidak berbuah. Benih itu mati lemas. Banyak orang tergoda dengan tipu daya kekayaan, sehingga jatuh dalam himpitan godaan si jahat (band. 1 Tim 6 : 10)
Keempat
Sebagian jatuh di tanah yang baik. Orang yang mendengar dan menyambut firman Tuhan. Ia berbuah : ada yang tiga puluh kali lipat, enam puluh kali lipat dan seratus kali lipat. Di tanah yang baik adalah gambaran kesuburan, berbuah dan berlimpah. Ia menerima firman Tuhan, meresapinya dan melakukan dengan tekun dan penuh ketaatan. Ia tabah dan setia, hanya pasrah berserah pada Allah dalam menghadapi berbagai cobaan (godaan). Sebab ia tahu dalam keyakinan imannya pada Tuhan, tangan Tuhan menuntunnya dan membawa kemenangan (band. Yesaya 41 : 10). Kita pun tahu bahwa takut akan Tuhan diberi berkat (rezeki) dan siapa mengandalkan Tuhan diberi berkat (band. Maz 111 : 5 dan Yeremia 17 : 7).

Dalam pemberitaan firman Tuhan, terdapat empat macam sifat manusia sebagai pendengar dan penerimanya. Penabur benih atau pemberita firman Tuhan yang utama adalah Tuhan Yesus, diteruskan oleh para murid-Nya (rasul-rasul) dan kemudian gereja yaitu sekalian orang percaya, yang diutus untuk pergi dan berbuah dan tetap berbuah (band. Yoh. 15 : 16).

Materi diskusi :
1. Mengapa firman Tuhan harus ditabur dan diberitakan ?
2. Siapakah yang harus memberitakan firman Tuhan ? Jelaskanlah dan berikanlah contohnya.
3. Apakah anda punya pengalaman : ketika kesaksian anda di tengah masyarakat sekitar mendapat reaksi (tanggapan) yang kurang menyenangkan ? Dalam keadaan demikian, bagaimana anda bersikap ?

( SABDA GUNA KRIDA GPIB, Edisi 56 Januari-Pebruari 2005 )

Minggu Epiphania II , 16 Januari 2005

Minggu Epiphania II , 16 Januari 2005
Minggu, 16 Januari 2005 : Markus 1 : 14 - 15
PF : Pnt. Julius M Timbas
Senin, 17 Januari 2005 : Markus 1 : 16 - 20
Hari libur kantor GPIB ‘Immanuel’ Probolinggo
Selasa, 18 Januari 2005 : Markus 2 : 13 - 17
Rabu, 19 Januari 2005 : Markus 4 : 1 - 20
Pk. 19.00 : Ibadah sektor gabungan di Gedung GPIB ‘Immanuel’ Probolinggo , d/a Jl. Suroyo 32 Probolinggo ( Lt : Pnt. Doris Markoni ; PF : Pdt Yan P K Tacazily, S Th )
Kamis, 20 Januari 2005 : Markus 4 : 21 - 25
Pk. 18.00 : Persiapan Presbiter di Kantor GPIB ‘Immanuel’ Probolinggo , d/a Jl. Suroyo 32 Probolinggo ( dpo : Pdt Yan P K Tacazily, S Th )
Jumat, 21 Januari 2005 : Markus 5 : 1 - 20
Sabtu, 22 Januari 2005 : Markus 5 : 25 - 34
Minggu, 19 Desember 2004

Berdasarkan warta jemaat yg diedarkan pada Ibadah Minggu 16 Januari 2005

Thursday, January 13, 2005

e-SGD , 16 Januari 2005

MINGGU EPIPHANIA II
Hari Minggu, 16 Januari 2005

BERTOBAT DAN PERCAYALAH INJIL
Injil Markus 1 : 14 – 15


Saudara-saudara yang dikasihi Allah
Saat ini kita memasuki hari keenam belas dalam bulan Januari 2005, sebagai tahun anugerah ALLAH. Mungkin saja masih ada beberapa Jemaat atau kelompok orang Kristen, yang merayakan Natal (= kelahiran) Tuhan Yesus dan sekaligus Tahun Baru. Dalam iman Kristen kita ketahui bahwa Ia yang lahir dan hadir bagi kita adalah Yesus Kristus, Juruselamat manusia. Kehidupan dan karya-Nyalah itulah yang hendak kita renungkan dalam Minggu Epiphania II ini, sebagaimana perikop (ruang lingkup) bacaan firman Tuhan.
Mendahului kehadiran Tuhan Yesus, telah tampil Yohanes Pembaptis seorang pemberita Injil yang dipersiapkan Tuhan. Ia mengadakan penyegaran iman di padang gurun dan dengan suara lantang, ia berseru : “Bertobatlah dan berilah dirimu di baptis dan Allah akan mengampuni dosamu.” Yohanes pembaptis sadar bahwa ia hanya pembuka jalan dan mengarahkan orang banyak kepada Yesus Kristus, yang menjadi pusat berita keselamatan bagi manusia dan dunia ini. Yohanes pembaptis mengakui kuasa Yesus Kristus dan ia merasa tidak layak untuk melayani-Nya (bandingkan pasal 1 : 1 – 8). Tapi Allah berkenan memakai Yohanes Pembaptis sebagai alat-Nya untuk membaptis Tuhan Yesus. Hal itu menyatakan bahwa Allah memproklamirkan kepada dunia ini, bahwa dalam diri Yesus Kristus, Roh Allah dan kuasanya nyata untuk memberitakan kabar baik (pasal 1 : 9 – 11). Tugas Yohanes Pembaptis selesai sebagai pembuka jalan bagi kehadiran Yesus Kristus. Tibalah waktunya bagi dunia untuk mendengar dan menerima kabar baik dari Juruselamat dunia.

Saudara-saudara yang terkasih,
Pada umumnya disepakati bahwa Injil Markus ditulis sebelum tahun 70 (sebelum Yerusalem diruntuhkan). Injil ini merupakan Injil tertua atau yang pertama ditulis daripada ketiga Injil lainnya (Matius, Lukas, dan Yohanes). Ditujukan kepada orang-orang bukan Yahudi (khususnya orang Roma). Markus menyaksikan berita penting tentang karya keselamatan Allah bagi dunia dalam Yesus Kristus. Misalnya : Ia berkuasa atas roh jahat, atas penyakit dan atas maut. Rupanya orang bukan Yahudi (Roma), lebih fokus pada apa yang diperbuat Yesus Kristus dan mereka kagum sebab ucapannya sangat berkuasa. Karya keselamatan yang demikian, memang sangat dinantikan dan diharapkan oleh banyak orang (ochlos). Perbuatan Yesus yang penuh kuasa adalah bagaikan kebutuhan pokok (makan dan minum) yang diperlukan oleh manusia.
Masa yang dinanti-nantikan telah tiba dan dunia patut menyambut kehadiran-Nya. Jalan yang dipersiapkan bagi banyak orang untuk datang kepada Allah, kini telah tersedia. Yohanes menyaksikan : bahwa Yesuslah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku (Yoh. 14 : 6). Pernyataan ini penting, bahwa dalam Dia sajalah kuasa Allah dinyatakan dan Roh-Nya bekerja. Ia mengawali pelayanan-Nya di Galilea. Injil Allah diberitakan dan kabar baik diterima manusia. Kabar baik disampaikan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat dan Penebus dosa manusia. Allah mengerjakan keselamatan melalui dan dalam Tuhan Yesus. Yesus mengatakan : ”Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil !” Pernyataan ini amat dalam dan luas pemahamannya. Patut dihayati dengan pemaknaan iman.

Saudara-saudara yang kekasih,
Perkataan bahwa waktunya telah genap menunjukkan bahwa tibalah saatnya (= sekarang) berita keselamatan disampaikan dan dinyatakan kepada manusia. Sekaranglah waktunya bagi Tuhan Yesus, melakukan pekerjaan-pekerjaan-Nya dari Galilea. Kerajaan Allah dihubungkan dengan kehadiran dan pribadi Yesus Kristus. Dengan kata lain, Ia sendiri adalah Kerajaan Allah. Dalam Yesus Kristus, Allah hadir dan menyatakan kuasa-Nya. Tuhan Yesus bekerja sebagai Mesias, yang diperlengkapi oleh Roh Allah. Kemudian, manusia yang sudah lama menanti-nantikan dan merindukan-Nya, kini saatnya bagi mereka untuk menerima dan percaya kepada-Nya. Manusia diminta untuk bertobat dan percaya kepada Injil. Mengapa harus bertobat?
Bertobat artinya berbalik (balik kanan). Seorang pendaki gunung, ketika sadar bahwa dirinya berada pada jalan yang salah (sesat), maka sebelum terlambat, seyogyanya ia segera kembali pada jalan yang benar. Banyak pendaki gunung tersesat, wafat atau hilang karena salah jalan dan tidak mengikuti petunjuk jalan. Allah menghendaki supaya manusia bertobat dari segala dosanya. Kejahatan manusia yang begitu banyak dan merintangi manusia datang kepada Tuhan, harus ditinggalkan. Dosa jangan lagi menguasai manusia. Hidup manusia tidak boleh bertentangan dengan firman Tuhan. Oleh sebab itu, Tuhan Yesus datang membawa berita keselamatan supaya manusia bertobat dan percaya kepada-Nya. Manusia tidak dapat selamat kalau hidup dalam dosa. Manusia memerlukan pertolongan Tuhan. Itulah sebabnya, Ia datang ke dalam dunia ini untuk menyelamatkan manusia dari kuasa jahat. Barang siapa percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3 : 16)

Saudara-saudara yang terkasih,
Hidup dalam pertobatan dan percaya pada Tuhan Yesus berarti kita patut berubah dari manusia lama yang penuh dengan perbuatan jahat menjadi manusia baru yang penuh dengan perbuatan baik, yang dilandasi oleh kasih Allah (band. Kolose 3 : 5 – 17). Berita Injil selalu mengandung kabar baik dan kita pun diminta untuk senantiasa melakukan perbuatan baik. Ia menguduskan kita sebagai umat-Nya yang rajin berbuat baik (band. Titus 2 : 14). Allah menghendaki, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya, patut taat melakukan perintah Allah, dalam hidupnya sehari-hari. Amin.

( SABDA GUNA DHARMA, Edisi 88 Januari – Pebruari 2005 )

Tuesday, January 11, 2005

e-SGK , 12 Januari 2005

MINGGU EPIPHANIA I
Hari Rabu, 12 Januari 2005

UTUSAN YANG DITOLAK
Injil Lukas 4 : 20 – 30


Perikop bacaan ini menceritakan aktivitas Yesus setelah Ia dibabtis Yohanes, kembali dari padang gurun setelah dicobai iblis, dan memulai pelayanan-Nya dari daerah Utara, yakni : Nazaret (ay. 16), kota dimana Yesus dibesarkan kedua orang tua-Nya : Yusuf dan Maria
Ay. 20 Setelah selesai membacakan naskah Kitab Yesaya 61 : 1-2 Yesus menyerahkan gulungan kitab itu kepada pejabat ( Yun. hupereto = pelayan yang bekerja di Bait Allah, dapat juga disebut pemimpin umat dalam Sinagoge Yahudi atau “chapel-clerk” yang digaji; ay. 20).
Ia duduk. Yesus tidak mengajar sambil berdiri, tetapi duduk di antara para pendengar-Nya. Hal itu menunjukkan sikap-Nya yang ingin mendekatkan diri. Ia tidak berdiri di mimbar, tetapi berada bersama-sama dengan pendengar-Nya.
Ay. 21 ”Ia mulai mengajar”. Lukas menggunakan kalimat itu bukan menunjuk pada kegiatan mengajar yang dilakukan Yesus. Sebelumnya Yesus sudah mengajar (ay. 15). Penggunaan kalimat ”mulai mengajar” menunjuk pada pengertian tentang penekanan terhadap apa yang dibacakan dari Kitab Yesaya (61 : 1 – 2). Ia menekankan makna pemberitaan nabi Yesaya terkait dengan maksud kehadiran-Nya. Benarlah kalimat berikutnya ini : ”hari ini genaplah nas ini” (ay. 21). Dengan demikian, kehadiran Yesus itu bertujuan menggenapi nubuat nabi Yesaya secara khusus, dan apa yang difirmankan di dalam perjanjian Lama
Ay. 22 ”Mereka membenarkan. Lukas bertujuan menuliskan reaksi dari para pendengar tentang Yesus. Kabar tentang Yesus sudah tersiar ke seluruh daerah (ay. 14), dan ”mereka (para pendengar yang melihat hal itu) membenarkan” laporan tersebut.
Kata-kata yang indah” (NIV Bible : at the gracious words), bukan dimaksudkan ucapan-ucapan-Nya bagaikan seorang pujangga, tetapi Lukas melaporkan, bahwa ucapan Yesus tegas dan berisikan kebenaran Allah, seperti yang difirmankan Yesaya. Hal itulah yang menimbulkan kekaguman pendengar-Nya, padahal Dia anak seorang tukang kayu yang kurang memiliki pengetahuan tentang Torah (menurut pendengar-Nya pada waktu itu).
Ay. 23 Melihat reaksi pendengar, Yesus meneruskan penuturan-Nya dengan mengingatkan mereka tentang ”pepatah” (= perumpamaan) – ”sembuhkanlah diri-Mu sendiri”. Yesus memahami dan mengerti apa yang pendengar-Nya pikirkan. Mereka ingin menyindir Yesus. Mereka sudah mendengar berita tentang mujizat yang dilakukannya di Kapernaum, sebab itu, mereka minta Yesus dapat malakukan hal yang sama di Nazaret. Yesus malah tidak melakukannya. Justru, sebaliknya, Dia menanggapi kegelisahan yang ada di pikiran pendengarnya dengan berkata :
Ay. 24sesungguhnya tidak ada nabi dihargai di tempat asalnya”.
Ay. 25 Yesus memakai tradisi Elia pada masa Raja Raja Israel sebagai contoh. Tujuannya untuk mengingatkan pemimpin Yahudi tentang perlakuan atau sikap mereka terhadap utusan-utusan Allah

PEMAHAMAN TEOLOGIS

Pemunculan Yesus Kristus dalam kehidupan sosial dan keagamaan Yahudi cukup membuat pemuka agamanya resah. Hal itu disebabkan banyak rakyat biasa berpihak dan mengikuti Yesus untuk mendengarkan pengajaran dan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Akan tetapi Yesus Kristus mengenal hati orang banyak itu. Mereka hanya mengikuti-Nya, ketika kebutuhannya belum terpuaskan atau permintaannya belum dijawab-Nya. Mereka mengikuti-Nya, karena ingin melihat mujizat yang dilakukan-Nya. Hati mereka tidak mengasihi-Nya (bd. ay. 28-29)
Itulah sebabnya Yesus menggunakan tradisi (cerita lisan maupun tulisan) tentang sejarah pengutusan nabi-nabi pada masa Perjanjian Lama tentang Nabi Elia dalam zaman pemerintahan Raja Ahab ( I Rj. 17 – II Rj. 2). Pada masa itu orang Israel menyembah Baal. Raja Ahab pun mengikuti kemauan permaisurinya, Izebel, sehingga ia berbuat jahat dengan merampok kebun anggur Nabot (I Rj. 21 : 25 – 26). Ahab berencana membunuh Elia, seperti ia membunuh para nabi Allah lainnya (I Rj. 19 : 1 dst)
Bagi orang Yahudi pada saat itu, ucapan Yesus telah melukai hati mereka. Yesus mengingatkan mereka tentang nota hitam dalam sejarah keagamaannya, bahwa pada satu waktu tertentu Israel telah memberontak kepada Allah dan membunuh utusan-utusan-Nya. Hal itupun dapat saja terjadi atas Yesus Kristus sendiri. Itulah latar belakang mengapa pemuka Yahudi pada saat Yesus mengajar di bait Allah di Nazaret menjadi marah.
Catatan tersebut memunculkan pemahaman teologis, yakni : pertentangan orang Yahudi dengan Yesus berlangsung sengit di sekitar tradisi yang digunakan Yesus dari sumber-sumber Perjanjian Lama. Ayat-ayat terdahulu memperlihatkan Yesus mengutip nubuat Yesaya (61 : 1 – 2) lalu mengkaitkan pada diri-Nya. Padahal orang-orang Yahudi menganggapnya anak tukang kayu yang tidak mengetahui sesuatupun tentang tradisi keagamaan bangsa-Nya. Mereka tidak mengenal siapa dan dari manakah asal Yesus (yang sesungguhnya). Mereka hanya melihat dari kehidupannya sehari-hari.
Kebiasaan seperti itupun dibuat banyak orang sekarang ini terhadap Yesus. Mereka belum mengenal siapakah Yesus yang sesungguhnya, tetapi mereka memikirkan dan mengomentari Yesus secara tidak benar.
Panggilan dan tugas Allah yang diberikan kepada Gereja dan warganya adalah menyaksikan tentang Yesus. Hal itu tentu saja akan membawa resiko berat. Sudah barang tentu Gereja dan warganya ditolak masyarakat. Gereja tidak perlu takut, sebab hal itupun sudah dialami oleh Tuhannya. Gereja tidak boleh berdiam diri, tetapi harus semakin tekun memberitakan Yesus yang tersalib bagi keselamatan manusia.

BAHAN UNTUK DIDISKUSIKAN

Pada saat sekarang ini maupun masa-masa yang akan datang Gereja dan orang Kristen akan menghadapi kesusahan besar, sebab mereka memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus. Hambatan itu dirasakan dan dialami, ketika Gereja berusaha membangun rumah-rumah ibadah. Penolakan semacam itu berlangsung di semua tempat, bukan hanya dilakukan orang-orang yang tidak menyukai pertumbuhan dan perkembangan Injil Kristus, tetapi mereka juga menyusun aturan-aturan yang dapat membuka kemungkinan bagi pengadaan sarana pisik pelayanan-kesaksian Gereja. Masalahnya adalah : apakah sesungguhnya makna gedung gereja itu ? Apakah memang orang Kristen harus beribadah di dalam Gedung Gereja ? Apakah memang benar Yesus Kristus ada di dalam Gedung Gereja ataukah Ia hadir dalam persekutuan ibadah orang percaya ? Apakah makna penolakan terhadap Kristus dalam kehidupan pelayanan-kesaksian Gereja dan orang Kristen sekarang ini ?

( SABDA GUNA KRIDA GPIB, Edisi 56 Januari-Pebruari 2005 )

Monday, January 10, 2005

Minggu Epiphania I , 9 Januari 2005

Minggu Epiphania I , 9 Januari 2005
Minggu, 9 Januari 2005 : Lukas 2 : 21 - 22
PF : Sdr Donald C Ferdinandus
Senin, 10 Januari 2005 : Lukas 4 : 1 - 13
Hari libur kantor GPIB ‘Immanuel’ Probolinggo
Selasa, 11 Januari 2005 : Lukas 4 : 16 - 19
Rabu, 12 Januari 2005 : Lukas 4 : 20 - 30
Kamis, 13 Januari 2005 : Lukas 4 : 31 - 37
Pk. 18.00 : Persiapan Presbiter di Kantor GPIB ‘Immanuel’ Probolinggo , d/a Jl. Suroyo 32 Probolinggo
Jumat, 14 Januari 2005 : Lukas 4 : 38 - 41
Sabtu, 15 Januari 2005 : Lukas 4 : 42 - 44


Berdasarkan warta jemaat yg diedarkan pada Ibadah Minggu 9 Januari 2005

Wednesday, January 05, 2005

e-SGD, 9 Januari 2005

MINGGU EPIPHANIA I
Hari Minggu, 09 Januari 2005

YESUS : SANG RAJA DAN HAMBA TUHAN
Injil Lukas 3 : 21 – 22

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus
Secara duniawi gagasan tentang status dan fungsi seorang Raja tidaklah sama dengan kedudukan seorang hamba. Pemerintahan Monarkhi maupun pemerintahan Demokrasi memberikan kepada penguasa dunia ini otoritas dan kekuasaan cukup luas untuk menyelenggarakan pemerintahan. Seorang Raja memiliki kekuasaan untuk mengambil keputusan tentang berbagai hal dalam penatalaksanaan Kerajaannya, sedangkan seorang hamba tidak dapat berbuat apapun, malahan tidak dapat pula membuat keputusan tentang pekerjaannya termasuk berkaitan dengan kehidupan pribadinya.
Pemahaman seperti itu berbeda dari pemberitaan Alkitab tentang fungsi dan tugas raja. Alkitab menegaskan, bahwa Israel adalah umat Allah. Mereka dibentuk dan dilahirkan sebagai sebuah bangsa berdasarkan karya pembebasan yang bermula pada peristiwa di Mesir, bahkan sudah terjadi sejak masa Abraham, Ishak dan Yakub (masa Patriarkh). Dasar pembentukan dan idealisme terkait pada kesatuan Israel tidak diletakkan pada upaya hakim-hakim atau raja-rajanya mempersatukan bangsa itu, melainkan terletak pada pengakuan bersama tentang YAHWEH, Allah Israel ( Ul. 6 : 4 – 6 ). Oleh karena itu, kerajaan Israel berbentuk “teokrasi” ( Yun. “theo” = Allah dan “kratos”=pemerintahan ). YAHWEH, Allah Abraham, Ishak dan Israel (=Yakub) adalah Raja mereka. Dengan demikian Kerajaan Israel adalah bentuk yang kelihatan dari Pemerintahan (Kerajaan) Allah di atas dunia ciptaan-Nya
Disebabkan YAHWEH itu Raja Israel, maka Dia memiliki hak penuh menunjuk seorang wali yang berfungsi sebagai hamba-Nya untuk menyelenggarakan dan melaksanakan pemerintahan atas umat-Nya. Sekalipun pemilihan Raja dilakukan oleh umat itu sendiri, namun hal itu tidak dapat dikatakan, bahwa umat yang menentukan kewenangan dan kekuasaan raja. Otoritas dan kekuasaan raja di Israel tergantung pada seberapa jauh oknum raja menyatakan kesetiaan dan kasihnya dalam hal memberlakukan kehendak YAHWEH. Raja adalah hamba YAHWEH (TUHAN). Jika demikian halnya, raja bukan hanya berfungsi sebagai penguasa yang memerintah semata dan menikmati hak-hak khusus karena statusnya; akan tetapi raja itupun pelaksana (hamba atau pelayan) yang menjalankan tugas-tugasnya sesuai kehendak si pemilik kerajaan, yaitu : YAHWEH.
Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus,
Sesudah masa hidup Yesus, Gereja dan orang-orang Kristen pertama mulai melihat dan menafsirkan kembali kehadiran Yesus Kristus. Dalam kehadiran-Nya itu Gereja dan orang Kristen menemukan ciri yang menandai keilahian-Nya, yakni : kuasa-Nya. Pada seluruh cerita pelayanan Yesus Kristus tampaklah bahwa Dia memiliki kuasa yang dahsyat, ketika Dia melakukan berbagai mujizat termasuk kebangkitan-Nya. Kekuatan kuasa yang ada di dalam diri Yesus Kristus telah menopang-Nya untuk melakukan pelayanan (pekerjaan Allah), bahkan sampai mati disalib. Kekuatan kuasa itu pun tampak secara dahsyat dan ajaib, sehingga orang Israel dan pemuka agamanya tidak berkutik, ketika Yesus Kristus membersihkan Baith Allah. Kekuatan kuasa Allah yang ada di dalam Yesus Kristus itu telah membuat kuasa iblis tunduk kepada-Nya. Dengan kata lain kita dapat menegaskan, bahwa Yesus Kristus adalah Kuasa Allah yang datang ke dalam dunia untuk menyelenggarakan pemerintahan Allah dan melaksanakan pelayanan keselamatan kepada Israel dan seluruh manusia.

( SABDA GUNA DHARMA, Edisi 88 Januari – Pebruari 2005 )

Tuesday, January 04, 2005

e-SGK, 5 Januari 2005

MINGGU sesudah NATAL KRISTUS
Hari Rabu, 05 Januari 2005


DARI MESIR KUPANGGIL ANAKKU ITU
Injil Matius 2 : 13 – 15

PENDAHULUAN

Pemanggilan Allah atas umat-Nya di Mesir adalah sebuah sejarah perjalanan iman orang percaya. Pengalaman perbudakan di Mesir telah menjadi tonggak sejarah, dimana Allah turun tangan untuk menyelamatkan umat-Nya yang Ia kasihi. Tindakan Allah yang melawat umat-Nya dalam kesusahan, telah mengantar mereka untuk keluar dari perbudakan dan masuk dalam kemerdekaan sebagai umat Allah. Sejarah tersebut kembali berulang ketika Yesus dilahirkan. Ia harus terbuang ke Mesir, dan dari sana pula Allah membawanya untuk menyelamatkan umat manusia.

PEMAHAMAN TEKS ALKITAB
Kelahiran Yesus tidak hanya membawa sukacita bagi manusia, sebagaimana yang dialami oleh para majus. Pada pihak lain ada penolakan yang terjadi terhadap kehadiran-Nya. Bahkan penolakan itu diikuti dengan tindakan-tindakan yang tidak bertanggung jawab, sebagaimana yang dilakukan oleh Herodes.
Alah tetap pada rencananya, dimana hal tersebut dinyatakan dengan perintah kepada Yusuf untuk pergi ke Mesir hingga pada waktu yang akan Tuhan tentukan.
Dalam ketaatannya kepada Allah Yusuf pergi bersama Maria dan Yesus, sebagaimana yang diperintahkan Tuhan kepadanya.
Perkataan nabi Hosea kemudian dikutip untuk menunjukkan penggenapan janji Allah. Sekalipun dalam konteks Hosea kata “Anakku” di situ ditujukan kepada Israel, sementara dalam pembacaan ini ditujukan kepada Yesus.
Pengalaman iman di Mesir menjadi penting, karena dari situlah Allah bertindak membawa umat-Nya keluar dari penderitaan perbudakan, dan masuk dalam keselamatan yang Ia janjikan. Pengalaman iman inilah yang hendak dikaitkan dengan kehadiran Yesus. Ia memulai perjalanan keselamatan itu dari Mesir, negeri perbudakan. Allah memulai pekerjaan-Nya di dalam Kristus mulai pada kenyataan hidup manusia yang paling pahit yaitu perbudakan dosa.

POKOK-POKOK DISKUSI
Apakah makna kelahiran Kristus bagi saudara pribadi, keluarga dan jemaat ?
Adakah kita mengalami saat-saat yang sulit seperti umat Allah di Mesir, yang membuat kita merasa dan mengalami bahwa Ia melawat kita sampai pada pusat hidup kita yang paling nyata ?

( SABDA GUNA KRIDA GPIB, Edisi 56 Januari-Pebruari 2005)

Sunday, January 02, 2005

Minggu II Sesudah Natal , 2 Januari 2005

Minggu II Sesudah Natal , 2 Januari 2005
Minggu, 2 Januari 2005 : Lukas 2 : 33 - 35
Senin, 3 Januari 2005 : Lukas 2 : 36 - 40
Hari libur kantor GPIB ‘Immanuel’ Probolinggo
Selasa, 4 Januari 2005 : Matius 2 : 1 - 12
Rabu, 5 Januari 2005 : Matius 2 : 13 -15
Kamis, 6 Januari 2005 : Matius 2 : 16 - 18
Pk. 18.00 : Persiapan Presbiter di Kantor GPIB ‘Immanuel’ Probolinggo , d/a Jl. Suroyo 32 Probolinggo ( dpo : Sdr Donald Ferdinandus )
Jumat, 7 Januari 2005 : Matius 2 : 19 - 23
Sabtu, 8 Januari 2005 : Lukas 2 : 41 - 52

Berdasarkan warta jemaat yg diedarkan pada Ibadah Minggu 2 Januari 2005

e-SGD, 2 Januari 2005

MINGGU II ses. NATAL KRISTUS
Hari Minggu, 02 Januari 2005

ANAK ITU MENJADI SUATU TANDA
Injil Lukas 2 : 33 – 35

Maria dan Yusuf yang disebut sebagai bapanya heran atau terpana dengan apa yang dikatakan tentang Yesus oleh Simeon. Kemudian Simeon memberkati mereka. Berkat ini sepertinya merefleksikan dua hal yang disimbolkan dalam Perjanjian Lama yaitu dalam Yesaya 8 : 14 tentang batu sentuhan atau batu sandungan bagi banyak orang Israel. Yang kedua adalah sebagai Pedang, sebagaimana diungkapkan dalam Yehezkiel 14 : 17 . Dalam konteks ini kedua hal tersebut di atas menunjuk pada dua hal penting yaitu :

Bahwa kedatangan Juruselamat atau Mesias berarti sebuah pilihan penghukuman;
kedatangan Mesias juga menunjuk pada penderitaan.

Kedua hal tersebut di atas diperhadapkan pada umat, bahwa jika mereka ingin hidup dalam berkat Allah, maka jalan penderitaan sebagaimana yang dijalani oleh Kristus adalah konsekwensinya, serta kehadiran-Nya akan menentukan keselamatan manusia.
Oleh karena dosa, maka manusia hidup jauh dari kehendak Allah. Kehidupan yang semestinya membawa damai sejahtera, justru berakhir pada kehancuran. Keserakahan, pola hidup yang mencari kesenangan semata, menghalalkan segala cara demi kepentingan diri atau kelompok sendiri, manusia saling mengeksploitasi sesamanya demi untuk keuntungan-keuntungan material sesaat, ketidakadilan, kebencian, dendam, dan sebagainya, telah membawa manusai pada keputusan-keputusan yang salah, tindakan-tindakan yang tidak bertanggung-jawab, bahkan manusia kehilangan kehidupan yang dipenuhi oleh damai sejahtera.
Memasuki tahun 2005, tidak berarti bahwa kita tidak akan menjumpai atau mengalami bahkan menjadi korban dari keadaan di atas. Barangkali situasinya akan semakin sulit dan manusia tidak lagi memerlukan nilai-nilai Kristiani untuk menjadi rambu dalam kehidupannya.
Akankah kita membiarkan segala sesuatu berjalan menurut kemauan manusia atau hidup kita ditentukan oleh dunia ini ? Mari kita merenungkan sejenak apa yang hendak Firman Tuhan katakan :
Pertama, Oleh kasih-Nya Allah telah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia. Ia mengutus Yesus Kristus untuk melawati kita. Ketika Ia melawati kita, itu artinya Ia datang menyapa kita pada kondisi kita yang paling nyata, yakni situasi hidup kita yang paling kelam, pedih, bingung, tanpa arah, tak berpengharapan, dsb
Kedua, lawatan-Nya menjadi tanda, menjadi syarat bagi kita untuk hidup di dalam rencana keselamatan-Nya atau kita binasa . Kehadirannya mau tidak mau, suka atau tidak suka akan membawa perubahan-perubahan yang menuntut kita untuk mengorbankan segala sesuatu yang menghalangi rencana keselamatan yang hendak Ia buat.
Ketiga, Kehadiran-Nya juga menjadi tanda bahwa hidup di dalamKristus tidak menjanjikan hal-hal yang mudah, sebaliknya orang percaya seringkali dituntut untuk hidup menyangkal diri dan memikul salib. Sekalipun demikian Ia menjanjikan kemenangan dan keselamatan yang kekal.
Memasuki dan menjalani tahun yang baru yakni tahun 2005, dengan berbagai persoalan di dalamnya tidak harus membuat kita takut atau kehilangan motivasi, sebaliknya dengan memandang pada Kristus kita akan memperoleh kekuatan dan kepastian akan pimpinan-Nya yang tidak berkesudahan.
( SABDA GUNA DHARMA, Edisi 88 Januari – Pebruari 2005 )